Bab 18 - Tentang Pemuda Manis

34 5 0
                                    

Kyara tengah berada di balkon kamarnya menikmati teh seraya tersenyum ke arah rembulan. Saat ini ia masih tidak percaya bahwa sekarang ia dan Dipta telah resmi jadian, bagaimana mungkin pria yang setiap hari hampir saja membuatnya terserang penyakit jantungan karena semua sikap jahilnya dan sekarang pria itu kini menjadi pacarnya. Inilah hidup kadang penuh drama tapi Kyara yakin apa pun yang dirinya putuskan itu yang terbaik.

Dari satu jam yang lalu Kyara masih sibuk dengan aktivitas di kamar uring-uringan tidak jelas sedangkan mama dan mbok Warsih sedang menyiapkan acara makan malam menyambut kedatangan papanya pulang yaitu Abraham dari luar kota.

"Kyara,"
"Iya ma," teriaknya dari dalam kamar.
"Cepetan turun!"
"Iya-iya Kya turun nih."

Kyara menuruni anak tangga dengan wajah ditekuk malas Kyara yakin mamanya pasti menyuruhnya untuk membantu masak-masak sudah tahu dirinya sangatlah malas dalam pekerjaan dapur.

"Kamu ini dari tadi di kamar mulu, males banget jadi perempuan mendingan bantuin mama sama mbok Warsih masak," ujar Anggun.

Kyara masih setia menutup telinganya ketika Anggun membalikan tubuh menatap tajam Kyara membuat sang empu merinding ia langsung nyengir kuda.

"Ampun bos, siap aku bantuin," katanya seraya mengacungkan kedua jari manisnya di tambah senyum manis.

Kyara mulai memotong-motong sayuran yang di perintahkan mamanya untuk tugasnya sedangkan mbok Warsih sedang mengaduk-aduk wajan yang berisikan rendang kesukaan Abraham.

"Papa suka rendang ma?"
"Suka banget malah dulu waktu mama masih pacaran sama papa kamu mama sering banget bawain makanan kesukaan papa kamu yaitu rendang," ujarnya.

"Oh emang harus banget ya orang pacaran sampe segitunya?"
"Selagi masih terlihat wajar, enggak apa-apa tapi kalau berlebihan itu yang enggak boleh." katanya.

Kyara hanya mangut-mangut mencoba mencerna perkataan sang mamanya, seketika Kyara ingat Dipta pria yang baru saja telah resmi menjadi kekasihnya itu. Entah mengapa akhir-akhir ini ia rasa Dipta berhasil memasuki pikirannya bahkan hampir setiap hal yang ia ingat pasti ada saja sangkut pautnya dengan Dipta.

***

"Assalamu'alaikum papa pulang, Ma.. Kyara..,"

Suara bariton itu sangat jelas dan berkhas membuat seseorang yang di ruang tengah langsung berhamburan berlari menuju sumber suara, baik Anggun dan Kyara langsung berhamburan ke dalam pelukan sang suami dan papanya.

Kyara benar-benar merindukan Abraham walaupun baru saja di tinggal satu bulan tapi tetap saja Kyara sangat merindukan papanya itu bukan hanya Kyara tapi Anggun istrinya juga sangatlah merindukan suaminya karena biasanya dirinya ikut menemani suaminya pergi ke luar kota tapi karena ingin menemani Kyara niatnya ia urungkan.

"Papa akhirnya pulang juga Kyara kangen banget tahu sama Papa,"
"Papa juga kangen,"
"Mama juga kangen loh Pa,"
"Ih mama jangan cemburu gitu dong papa juga kangen sama mama," kata Abraham berhamburan pelukan kembali.

"Udah ah acara pelukan-pelukannya sekarang mendingan kita makan malam mama sama Kyara dan mbok Warsih udah nyiapin makan malam untuk menyambut kedatangan papa," ujar Anggun antusias.

"Wah pasti enak nih, kebetulan Papa juga udah lapar banget,"
"Ya udah ayo kita makan,"
"Ayo kita makan." Kyara berseru semangat.

Sebelum dan benar-benar menuju ruang tengah ponsel Kyara seketika berdering menampilkan nomor tidak di kenal ia mengerutkan dahinya.

"Siapa sayang?"
"Bukan siapa-siapa ma," katanya sambil mematikan panggilannya.

Melanjutkan perjalanan kearah meja makan, senang bisa berkumpul dengan kedua orang tuannya kembali. Senyum manis dan canda tawa dari kedua orang tuanya mengalahkan indahnya dunia.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang