'Beruntung itu bersama mereka. Nggk pernah masukin hati dan tidak meninggalkan nanti'Cempaka
Kantin, tempat pertama didatangi Zico dan antik-antinya. Setelah lari siang di lapangan tadi.
Sekarang mereka tengah duduk di bangku paling pojok kantin Saka dengan telinga mereka serius mendengarkan bosnya yang terlihat komat-kamit menjelaskan sesuatu.
Mereka sedang membahas tentang masalahnya kemarin, yang menjadi penyebab lari siangnya mereka tadi.
"Kita jangan bertindak lebih jauh dulu sekarang. Gandi pasti ada rencana. Dan kita jangan ceroboh, gue rasa penyerangan kita kemarin itu salah, dan kita jangan melakukan tindakan lagi" jelas sang ketua.
"Tapi kita harus bales lebih ke mereka ko. Gue nggk terima Yoki sampai masuk rumah sakit. Gue maunya bales lebih ke mereka" tutur si kribo tukang di buly.
"Gue tau pin. Tapi, kita gak bisa bertindak lebih sekarang. Karna gue yakin, Gandi ada maksud tertentunya. Ngapain dia suruh anak buahnya di sekolahan lain untuk nyerang Yoki. Kenapa nggk dia atau temannya yang satu sekolah aja yang nyerang Yoki kemarin, padahal jalan sekolah Yoki dan dia itu searah. Kenapa dia harus menggunakan anak buahnya yang sekolahnya lebih jauh untuk keroyok Yoki. Gue tau betul anak Rakon yang satu sekolah dengan Gandi. Dan kemarin nggk ada satu pun yang ikut pengeroyokan itu dan bodohnya, kita malah pergi ke sekolahnya si Gandi untuk bales" jelas Zico.
"Gue tau ini memang permainannya Rakon, dan mungkin melibatkan sekolah untuk menguatkan mereka" Semua orang di bangku itu berpikir. Memang iya apa yang dikatan Zico.
Rakon, adalah nama geng musuh dari Laskas di ketuai oleh Gandi. Kedua geng tersebut adalah geng terkenal dan sama-sama kuat yang memiliki anggota mencapai ratusan.
Dan kemarin Zico dan anak buahnya memang menyerang Gandi di sekolahannya, karna Yoki anak laskas di keroyok oleh anak Rakon.
"Iya juga ya, kita memang harus berhati-hati dalam ambil tindakan sekarang" Kata si mata sipit Ziyat.
"Nanti aja kita bahas lagi. Sekarang kita bubar ke kelas masing-masing" Ujar si datar Zilki.
"Oke. Kalau gitu kita bubar dan nanti malam kumpul di kafe. Inget! kumpulin yang lain juga, kalau ada yang telat di hukum traktir batagor" Ucap ketua di jempoli dan dituruti semua peserta rapat pengeroyokan singkat itu.
-000-Koridor Sma Saka sekarang lagi rame-ramenya, setelah bel pulang berbunyi terdengar nyaring ditelinga para siswa-siswi.
Empat siswa yang memiliki jabatan penting Laskas itu juga turut meramaikan koridor sekolah dan menciptakan perhatian siswi terarah pada mereka, banyak yang mencari muka supaya dilirik keempatnya. Ke empatnya nggk peduli sama sekali.
Akil Zilki Ernandio, muka datar bin dingin binti cuek dan mulut pedas julukannya. Dia wakil Laskas.
Ziyat Ramadan, mata cina. Yang paling tinggi dia. Dia bundahara nya Laskas.
Riziq Fathah Sagani, si pecinta permen karet dengan muka sangar dan bola mata pengen keluar. Dia otak laskas atau strategi laskas.
Sutan Zico, paling di kagumi intinya. Udah kenal kan.
Keempatnya kini berbeda arah dengan siswa lain. Mereka menuju toilet cowok untuk menemani Zico melaksanakan hukumannya.
Kenapa berempat?
Si ketua maksa sampai mewek-mewek jablay. Akhirnya, mau tak mau ketiga bawahannya ikut ke toilet temanin bos gesreknya itu."Lama amat sih lo Kiko" Suara nyaring menyambut ke datangan mereka "Yang di hukum kan Kiko doang bersihin toiletnya, ngapain kalian ikut?" Cewek sok depan mereka ini membuat mereka memuter mata.
"Oh gue tau nih, pasti diancem sama bos sesat kalian ya. Takut banget sama bos kayak dia" Tunjuk cewek itu berdiri di depan toilet bersama dua temannya.
"Pasti lah ka, takut sama atasannya" sambung Resti dengan kekehan khasnya.
"Bacot benar" timpal Ziyat.
"Udah deh nyet. Gue mau bersihin toilet dulu. Lagi males lihat muka kalian dan lagi males banget berdebat sama lo serta lagi males banget banget diceramahin lo" tunjuk Zico ke Aka berlalu memasuki toilet.
"Yeeeee Kiko sebleng. Bersihin yang benar, Kami tunggu sampai kelar. Awas Lo kalo masih bau" Oceh Aka.
Zico memuter bola matanya dan mendengus sebal. Aka itu kalo diladenin makin ngelunjak.
-000-
Setelah 1 jam lamanya, Zico akhirnya tuntas membersihkan toilet yang banyaknya 6 bilik dengan isi di dalamnya bisa di bilang 'Astaga'.
"Ini sekolah mahal banget, toiletnya ckckck kecoa mati kalau masuk" Zico berjalan ke arah parkiran sendirian.
Aka dan yang lain sudah setengah jam yang lalu ninggalin Zico di toilet, pastinya atas bujukan Aka, katanya laper banget dan pengen makan es krim. Tuh kan. Kalo pulang sekolah. Tu anak manja banget.
Langkah Zico berhenti di depan kursi panjang taman dekat parkiran kala mendapati Aka sedang bersandar di bahu Zilki dan terlihat sedang di jahili sama yang lain.
Beginilah mereka jika sedang bersama. Aka yang manja dan dijahili mereka dan ujung-ujungnya debat panjang sama Zico. Kebiasaan.
"Udah ayo pulang capek ni" Zico duduk di samping Agis dan langsung mengambil minuman di tangan Agis, meneguknya sampai habis.
"Gimana toiletnya udah bersih belum pak ketua?" Tanya Resti mancing.
"Ck, jangan dibahas lagi. Capek gue, tu juga si cempe setan kasih hukumannya berat banget. Bersihin toilet yang udah kayak pembunuh hidung manusia" tajam Zico dengan mata tajamnya menyorot Aka.
"Ye iblis. Makanya nggk usah berantem. Kalian-kalian ini samp mphhhhhh" Aka terhenti kala Zico membungkam mulutnya dan menariknya pergi.
"Udah jangan banyak ngoceh, gue lelah mau pulang. Nanti aja jadi ustazdahnya" Zico menarik Aka ke parkiran, diikuti yang lain di belakang sembari geleng-geleng kepala dengan tingkah dua sahabat musuh itu.
Aka terus saja memberontak dengan memukul-mukul tangan Zico yang ada di mulutnya.
"Ico pas mphhh pas" Aka terdengar aneh sambil memberontak.
"Ngomong apaan sih cem. Udah jangan bany AWwwww" pekik Zico kesakitan karna Aka menggigit dengan kuat telapak tangannya.
"Rasain tu wle" Aka menjulurkan lidahnya mengejek Zico sambil berlari masuk ke dalam mobil.
"SETAN CEMPE"
🌻
Tinggalkan jejak
Vote and coment!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cempaka [Completed]
Teen FictionAka bisa. Cempaka akan selalu bisa. Bagaimanapun bentuk takdir yang tuhan tetapkan. Aka selalu bisa hadapi dengan senyum dan kepercayaan. Dia tidak pernah menyatakan bahwa tuhan terlalu berat memberinya rintangan. Dia selalu berani, melawan dengan...