Objeknya hati

321 36 1
                                    

'Inget! Masalah satu paket dengan hidup. Jadi stop terlalu terperangah dan terpuruk akan keadaanya. Terima, jalani, dan bahagia'

Cempaka

Zico menarik napas berat, menyandarkan kepalanya ke kepala sofa.

"Kemana sih?" Pulahan kali dia menghubungi Aka yang sama sekali tak ada tanda-tanda akan ada balasan.

Ntah, kemana perginya Aka setelah marahnya tadi di tenda balap. Dan sekarang Zico dari lima jaman mungkin nunggu Aka balik. Untung dia tau pasword aperteman Aka, karena memang dia sendiri yang menentukan paswordnya.

Zico memejamkan mata. Walaupun dari tadi duduk, mengotak-atik ponselnya. Tapi baginya cukup lelah dengan pikiran terus kemana-mana

Lama menutup mata, Zico kembali membukanya karena suara pintu terbuka. Zico buru-buru bangkit.

"Cem Lo kemana aja?" Zico masih berjalan menuju pintu.

Ketika tepat sampai pintu, matanya seketika menajam dengan rahang perlahan mengeras.

"Mau apa Lo?" Tanyanya ke seseorang bersama Aka di depan pintu apertemen.

"Lo ada di sini" Tutur Aka, tidak terkejut atau heran dengan kebaradaan Zico.

"Mau apa Lo kesini?" Zico tak menghiraukan Aka malah balik bertanya ke orang itu lagi.

"Masuk dulu ko. Tamu kok dibiarin diluar" Aka  sedikit menggeser pintu yang di halang Zico.

Zico semakin mengeratkan pegangannya. Menandakan dia tak memberi izin masuk.

"Lo mau ngapain kesini?" Tanya Zico lagi. Matanya beralih ke Aka "Dan Lo habis dari mana sama dia"

Aka menarik nafas sebelum menjawab "Udah deh Lo mau tau aja urusan gue" Kata Aka mampu membuat Zico makin merapatakan gigi-giginya.

"Gue habis main sama Tegar dan diantar pulang sama Gandi" Kata Aka lagi sengaja menyebut Tegar biar nggak berebe urusannya. Memang benar dia pergi sama Tegar tepatnya anak Rakon sih. Gandi diam memperhatikan Aka dan Zico. Dalam hatinya merutuki Zico yang ganggu saja.

Zico meraih pergelangan tangan Aka dan menariknya sampai masuk ke dalam apertemen.

"Ko lo_" Zico menutup pintu apertemen kasar, membuat Aka menghentikan ucapannya. Lalu menggeleng "dasar Kiko" katanya melihat pintu apartemennya yang sudah tertutup rapat.

"JANGAN BUAT KERIBUTAN KO. GAN MAKASIH YA UDAH ANTARIN PULANG DAN MAAF NGGK AJAKIN MASUK"

Zico menggedor keras pintu supaya Aka diam. Aka kembali menggeleng "AWAS KALIAN BUAT RUSUH" Peringatnya lagi sebelum berjalan ke kamarnya.

Zico menatap tajam Gandi "Gue selama ini diam Lo dekatin Aka. Tapi kelihatannya makin ke sini Lo makin berani. Dan sekarang Lo antarin dia. Sejauh apa hubungan Lo sama dia?"

Gandi santai, menjawab "Lo mau tau?"

Zico mengepalkan tangannya.

"Kalau mau tau Lo minta maaf atas kesalahan teman Lo tadi. Kaki gue sedikit lecet. Lo ajarin anak buah Lo biar menang pake cara gituan?"

Gandi cari mata batin Zico.

"Jangan mancing keributan! Gue tanya baik" Sebisa mungkin Zico terlihat tenang walaupun emosinya akan segera meluap.

"Gue juga suruh Lo baik. Kalau Lo mau jawaban atas hubungan gue, gue kasih. Dengan persyaratan tadi" Dua ketua geng ini baru pertama kali cek cok mulut biasanya cek-cok tubuh.

Cempaka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang