Pembawa Tawa

326 32 3
                                    

"Jangan menghadap tanah karna mulut mereka. Suara mereka hanya ucapan bukan kenyataan"

Cempaka

C

ibiran terus terdengar di telinga Aka. Bahkan sewaktu dia bangun tidur, diluar rumah Zico masih terdengar suara banyak orang, pasti suara wartawan yang masih stay.

Respon Aka berantonim dengan hatinya. Dia tetap berekspresi selayaknya seorang Aka yang orang kenal.

Dia tanpa bicara apa pun, dengan keberaniannya melewati puluhan orang yang terus memperhatikannya.

Dan sekarang, dia dengan Zico keluar dari mobil di parkiran sekolah setelah berhasil melewati  orang-orang yang terus mengikuti dan memotret gerak-gerik mereka.

"Gue udah kayak artis aja" Aka menyandarkan badannya pada mobil Zico disusul Zico disampingnya. Dia melihat para siswi yang menatap ke arahnya dengan mulut ngumpet-ngumpet nggk jelas.

"Ya bagus dong banyak yang perhatian sama Lo. Mereka sampai lera lari-larian gitu supaya lihat Lo"

Seperti yang kita semua tau, bahwa Zico adalah orang yang paling peka atas diri Aka. Dan dia tau tugasnya sekarang, menghibur Aka. walaupun Aka sendiri tidak terlihat sedih. Tapi sekali lagi, Zico yang paling tau.

"Ayo! Nanti gue telat" Aka menarik Zico meninggalkan parkiran.

Setiap langkah yang dilalui mereka tak henti terdengar suara para murid. Menggunjing, mengumpat, mengasihani.

Aka cuek, tidak mau merepotkan diri berurusan dengan mereka. Namun, ada kalimat yang seketika mampu membuat Aka membeku.

'kasihan ya Zico'

Zico ikut berhenti, dia tak mendengar kalimat itu. Jadilah dia sedikit heran "Kenapa?"

Aka diam, melihat wajah Zico yang menghadapnya. Zico mengernyit heran.

Tak lama Aka menggelang "Nggk" Aka kembali menarik Zico untuk kembali melangkah. Zico tak bertanya lagi.

Mereka sampai di depan kelas 11 IPA 3, kelas Zico. Para murid kelas itu berkumpul di sana. Mereka juga menatap Aka dalam. Ada hal mengganjal dalam pemikiran mereka.

"Gue ke ruang OSIS dulu dan untuk kostum yang kalian minta, nanti Zico aja yang ambil" Aka paham, apa yang dipikirkan mereka dan Aka nggk ingin mendengar apa pun dari mereka sekarang.

"Sekarang aja" Kata Zico, tak rela bila nanti Aka jauh darinya dan digunjing habis-habisan.

"Acaranya juga bentar lagi kan"

Aka manggut "Ya udah ayo!"

"Gue jalani hukuman kalian kemarin" Sinis Zico menghadap teman sekaligus bawahannya.

"Ka. Untuk kepala kostumnya nggk usah dipakai di kasih make up aja. Buat mirip tapi" Timpal Pipin.

"Setan Lo" seru Zico kesal. Mereka tertawa tak sabaran menyaksikan boss mereka.

Pergerakan mereka tak henti dari pandangan dan ucapan para heters Aka. Uh, artis dadakan.

"Sana lo jalani hukumannya" Kata Zilki, kebetulan dirinya ada di sana.

"Emang Lo tau?" Tanya Zico.

"Tau. Sana udah" Zilki sengaja suruh mereka cepat minggat. Karna para siswi benar-benar kelewatan mengatakan Aka saat ini. Bukan hanya masalahnya Aka, tapi kali ini mereka menyebut-nyebut nama Laskas dalam gibahan mereka.

Cempaka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang