Serendah itu

371 33 0
                                    

'Bagai air. Sangat dibutuhkan. Tapi ada masa, air itu berbalik menjadi merugikan'

Cempaka





Agis menarik Aka supaya masuk ke dalam kelas 12 ips 6. Keadaan kelas hanya ada 2 orang cewek lagi ngobrol. Memang sekarang waktunya keluar main. Keberadaan mereka di sini sudah mereka rencanakan. Yaitu untuk menemui seseorang.

"Res" Tanpa memikirkan perasaan canggungnya. Aka memberanikan diri menyapa Resti sedang ngobrol dengan cewek teman kelasnya.

"Ngapain?" Suara Resti terdengar tak suka. Tersirat kemarahan di matanya melihat Aka.

"Maunya dia lah. Emang salah" Kata Agis jelas membela. Mengajak Aka duduk dekat depan bangku yang diduduki Resti.

"Nggk cuman mau ke sini aja" Kata Aka.

"Eh ka. Lo nggk niat buat ganti kerugian keluarganya Resti" Kali ini siswi teman bicara Resti tadi nyeletuk. Membuat Aka terenyuh akan penuturan itu.

"Lo ngomong apa sih Win. Mending Lo diam deh atau keluar. Kompor amat" Agis tak segan-segan berucap.

"Ye Lo, gue kan cuma tanya doang. Kan kasihan Resti dia jadi bangkrut gitu. Sedih gue dengar cerita keluarganya sekarang. Apalagi dari ulah sahabatnya sendiri. Lo memang bukan sahabat baik ka. Gue sih nggk bakalan mau jadi sahabat Lo teman juga kayaknya enggak. Bisanya cuma manfaatin orang doang" Memang kelihatan Wiwin anak yang polos. Polos banget. Bisa-bisa bicara gitu buat Agis ingin banget tarik rambut cewek sok polos itu.

"Lo keluar deh mendingan Win" Usir Agis tak segan berdiri menyuruh si polos sialan itu keluar sampai dia berhasil.

Sedang Aka. Hanya melihat Resti yang terlihat santai. Tanpa bersalah melihat Aka yang kecewa terhadapnya. Sahabatnya nyebarin aibnya. Dan mungkin dilebih-lebihkan. Aka tak marah cukup kecewa aja.

"Lo mau diganti semua kerugiannya?" Tanya Aka lirih terdengar hampir seperti bisikan "Gue akan ganti tapi nggkk sekarang"

"Gue tau Lo nggk bakalan bisa ganti. Sekarang kan Lo udah nggk punya apa-apa. Emangnya lo mau ganti pake apa? Daun?" Sekarang hanya ada suara sinis dan benci pada kata-kata Resti. Mana Resti yang dulu?

"Ti. Bisa nggk usah nada bicaranya begitu" Tegur Agis.

"Bela aja teman sampah Lo. Sampai keluarga Lo juga bangkrut kayak gue" Kata Resti, menatap Agis meremehkan.

Agis menggebrak meja. Geram sekali. "Lo sadar nggk sih sama ucapan Lo" Katanya tinggi.

"Gis udah" cegah Aka. Dia menarik Agis supaya duduk kembali.

"Gue akan berusaha untuk ganti kerugiannya" Ucap Aka tenang. Memamerkan senyum tulus.

Resti tertawa. Menurutnya lucu sekali perkataan sahabat munafik nya ini "Lo mau ganti. Seumur hidup Lo juga nggk bakalan bisa. Keluarga gue bangkrut setengahnya. Dan Lo mau ganti. Kalau mau ganti. Ayo layani keluarga gue dan gue dirumah gue"

Gimana rasanya kalau seandainya kalian yang digituin dan sama sahabat kalian? Di suruh jadi babu sama orang yang Lo sebut sahabat.

"Ti Lo. Kenapa lo__" Agis tak tau kalau keadaan persahabtan mereka bakal kayak gini. Dia pikir semua bakal bisa kembali ke semula. Tapi dia nggk bisa bicara apa-apa akan hancurnya sahabat mereka.

"Atau Lo jual diri Lo ke om-om supaya dapat duit banyak buat ganti rugi. Hanya itu pekerjaan yang paling banyak duitnya"

Satu kedipan membuat Aka sadar. Rasa hancur ada dalam hatinya. Pelacur. Dia disuruh jadi pelacur.

Cempaka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang