Diary

355 37 0
                                    

'Nghk ada yang nggk mungkin. Tuhan itu ada. Berarti semua bisa saja'

Cempaka


Zico menarik Aka yang baru saja menginjakkan kakinya di gerbang sekolah. Dia membawa Aka ke bangku panjang tepi lapangan. Aka pasrah saja.

"Dimana?" To the point Zico. Tapi terbesit rasa khawatir di sana. Dan banyak sekali pertanyaan yang Zico akan cari jawabannya.

"Dimana apa?"

"Tinggal?"

Aka menarik nafas, sebenarnya dari awal tau arah pertanyaan Zico "Gue niatnya mau tinggal di kos"

"Tadi malam?"

Aka diam. Tidak berniat menjawab. Kalo dijawab pasti Zico marah.

"Dimana?"

"Di gedung kopi" jawab Aka kemudian.

Zico mendengus, matanya nyalang. Aka ingin bodoh atau gimana. Padahal rumah Zico yang sangat dekat bisa tempatnya tinggal.

Gedung kopi adalah tempat biasanya Zico dan Aka the geng ngumpul. Gedung itu adalah gedung pabrik kopi milik keluarganya Riziq.

"Bawa barang-barang Lo ke rumah" Tegas Zico.

Aka menggelang "Nggk" tolaknya cepat "Gue bisa hidup sendiri"

"Tapi gue mau Lo tinggal bareng gue" Zico ngebentak.

"Nggk. Jangan kasihani gue ko. Gue bisa hidup sendiri"

"Gue bukan kasihani lo. Lo tau kan gue, gue bisa aja langsung habisin bunda Lo Jika Lo kenapa-napa" Suara Zico naik makin meninggi.

Aka melihat Zico dengan pandangan sayu. Sudah cukup Zico dia repotin "Gue Nggk mau ko jadi beban orang lain. Gue tinggal di rumah Lo, akan buat gue selalu kepikiran bunda. Karena jarak rumah bunda dan rumah Lo cuma diseberangi aspal. Gue yakin bunda nggk diam aja lihat gue ada di sekelilingnya" Suara Aka terdengar lirih di pendengaran Zico.

Zico diam memalingkan wajahnya dari Aka. Dia nggk bisa mengontrol diri jika terjadi apa-apa sama Aka. Tadi pas dia mau jemput Aka. Ia ketemu Arsi dan dengan santainya bilang Arsi ngusir Aka membuat Zico hampir melukai Arsi. Tapi untung dia dicegah bi Asih dan pak Satpam. Kalo nggk. Zico sendiri nggk tau apa Arsi masih bisa nggk masuk rumah sakit.

"Ko. Gue pindah bukan berarti kita nggak bisa ketemu kan. Gue pindah bukan berarti gue kenapa-napa kan"

Zico melirik Aka "Gue tau Lo sejak kecil. Gue tau apa aja hal yang akan Lo lakuin" Keduanya merenungi. Susah senang pernah mereka lewati bareng. Wajar jika Zico semarah itu.

"Gue akan baik aja. Nggk akan kenapa-napa"

Zico menarik tangan Aka, menyingkap jas osis yang dikenakannya. Setelah terlihat maksud Zico. Zico menggeram, mendongak menghadap Aka. Sedangkan Aka menunduk. Tertangkap basah.

"Ini yang Lo bilang baik-baik aja" Aka diam.

Zico menarik nafas. Menutup kembali tangan Aka. Emsoi jangan ditanya. Pasti nanti bakalan ada orang dia tonjok "Kalau memang Lo nggk mau tinggal di rumah. Setidaknya jangan ngelakuin ini lagi. Dan gue yang akan nentuin dimana Lo tinggal"

Aka hendak menyangkal. Tapi yang namanya Zico.

"Nggk ada bantahan. Kalau ngebantah Lo tetap tinggal di rumah" Zico bangkit. Berjalan meninggalkan Aka.

Aka menarik nafas berat 'it's ok ka'

-000-

Aka memasukkan satu persatu baju yang ada di kofernya ke dalam almari lumayan besar dalam apartemen tempat ia akan tinggal sekarang atas pilihan Zico tentunya dan biayanya juga dari Zico pasti. Dari pulang sekolah sampai malam hari Zico dan Aka keliling cari apertemen. Zico benar-benar protektif sampai harus jarak apertemen Aka benar-benar dekat dengan rumahnya. Aka hanya mengikuti saja kemauan Zico. Toh walaupun berpendapat dia nggk akan disetujui.

Cempaka [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang