'Nggk aneh kalo dia punya rasa. Yang aneh itu. Kenapa hati gue rasain hal aneh?'Cempaka
Aka merebahkan tubuhnya yang masih terbalut seragam putih abu di kasur empuk kesukaannya, menjadikan langit-langit kamar objek mata coklatnya.
Wajah ceria yg selalu Aka pancarkan. Sekarang redup tergantikan dengan wajah suram ciri khas sedihnya.
Aka bangkit dari tidurnya, duduk di tepi ranjang dekat nakas. Tangannya terulur mengambil sebuah foto pose senyum seorang anak dan ibunya, Aka mengusap pelan benda ditangannya itu. Dimana bundanya dalam foto terlihat sangat kaku.
"Kapan pulang bunda? Aka kangen, udah lama banget Aka nggk lihat bunda, Aka kangen bun. Segitu enggan kah bunda temui Aka? Apa bunda masih inget Aka? Apa lembaran kertas itu lebih berharga dari Aka?" lirih Aka memandang buram foto dirinya bersama seorang wanita cantik.
Aka menaruh kembali bingkai foto dipegangnya, ketika terdengar suara alunan musik Teman Bahagia- jazz.
Aka merogoh saku rok abunya. Dan terlihatlah benda pipih silver sedang bersenandung.
Setelah memencet warna hijau. Aka mendekatkan benda silver itu ke arah telinganya
"Halo gar, kenapa?"
'Gue ada di bawah. Turun!'
"Ooooh tunggu Bentar!"
Aka bergegas mengganti baju dan turun ke lantai dasar rumahnya. Menemui tamunya uang udah duluan masuk.
"Tumben gar" ucap Aka setelah sampai di sofa ruang tamu dan langsung duduk berhadapan dengan seorang cowok di sapanya tadi.
"Lagi boring"
"Jadi, pas bosen doang baru diinget nih"
"Nggk lah. Emang kemarin-kemarin mau kesini, tapi baru kesampaian" jelasnya "Eh, nggk ada jamuan gitu mbak?"
Aka memuter bola matanya males "Ya udah mau minum apa adik sepupu gue Tegar Hati Prahyuda" Tekan Aka menggeretak
"Tuan rumah siap melayani anda" Aka memperagakan gaya seorang pelayan biar sepupunya itu nggk banyak bacot.
Tegar terkekeh "Becanda kali ka. Air apa aja deh"
"Air got mau? Sana ambil sendiri, enak aja lo nyuruh-nyuruh" Sinis Aka.
"Lo mah, gue ini tamu lo ya. Masa iya, kayak gini cara melayani tamu, kakak sepupu gue yang cantik" Bijak Tegar menaik turunkan alisnya.
Aka berdecak "Sok lo. Pake acara ceramah lagi, nggk cocok tau nggk dengan tampang lo"
"Ye lo, gini-gini juga gue punya bakat jadi dai. Udah sana ambilin haus ni"
Aka bangkit dengan dengusan berjalan menuju dapur. Mengambil dua gelas jus dan cemilan ringan, membawanya kembali ke ruang tamu.
Aka meletakkan nampan diatas meja panjang ruang tamunya dan duduk di atas sofa hitam "Haus banget ya gar, emang habis dari mana?"
"Habis latihan footsal" jawab Tegar setelah menghabiskan isi gelas dari Aka.
"Oooh. Lo masih doyan main tu permainan"
"Ya gitu" Jawab Tegar menikmati cemilan disuguhkan sepupunya "Temenin gue yuk? Boring juga kan lo"
"Kemana?"
"Ke beskem, di rumah doang kan bosen. Ayo!" Ajak Tegar
"Ye kirain temanin jalan-jalan. Gue kira lo mau ngajak gue ke mall, traktir gue. Kan lo jarang banget neraktir Kakak lo ini, pelit emang lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cempaka [Completed]
Teen FictionAka bisa. Cempaka akan selalu bisa. Bagaimanapun bentuk takdir yang tuhan tetapkan. Aka selalu bisa hadapi dengan senyum dan kepercayaan. Dia tidak pernah menyatakan bahwa tuhan terlalu berat memberinya rintangan. Dia selalu berani, melawan dengan...