'bagian sadnya. Ketika dia yang dulu percaya. Berbalik arah menjadi penentang paling pertama'
Cempaka
Zico sedikit rame dengan kedatangan lima cowok Laskas. Aka masih nginap untuk waktu yang belum pasti sampai kapan. Dan hal itu membuat Aka sebal sendiri. Di rumah ini. Dia selalu sendiri. Zico jarang pulang. Kalau pulang pasti tengah malam dengan keadaan yang pasti kacau. Aka selalu memperingati. Tapi kayaknya. Ucapan Aka tak ada arti lagi.
"Ko. Gue ikut boleh?" Tanya Aka ke Zico diruang tamu.
Akan ada acara konser malam Minggu ini. Oleh karnanya. Anak Laskas sudah sepakat untuk malam mingguan ke sana. Dan ke sana hanya untuk nemenin bossnya ganti baju. Aka berpikir apakah Zico takut ketemu dia sendiri atau dia saking enggak maunya ketemu Aka? Ntahlah Aka pusing.
Zico masih aja fokus pada ponsel ditangannya. Tak menghiraukan pertanyaan Aka.
"Ko?" Usaha Aka.
"Mau ngapain emang?" Walau masih menghadap ponselnya. Zico terdengar malas menjawab.
"Ikut aja. Sendiri kan juga gue di sini"
"Gue nggk ingin punya beban" Kata Zico. Lalu bangkit dari duduknya menuju kamar.
Aka menarik nafas berat. Dia udah kebal. Kebal banget. Tapi hatinya sedih dengra kata beban. Memangnya selama ini dia hanya beban.
"Ikut aja" kata Zilki.
"Nanti sama kita. Udah sana ganti baju" suruh Ziyat.
"Benar ni. Nggk apa-apa. Nggk usah deh. Nanti gue ngerepotin lagi"
"Nggk ka. Lo ganti baju aja sana. Banyak kok ceweknya anak-anak yang bakalan ikut" Seru Pipin.
Belum sempat menjawab. Zico datang dengan jaket kebanggan Laskasnya.
"Ayo!"
"Tunggu Aka bentar" Kata Ziyat "sana ka. Nggk ganti baju?"
Aka melihat ke arah Zico. Terlihat datar. Seolah tak mengizinkan. Tapi tidak membatah.
"Gue nggk jadi ikut. Kalian pergi aja"
"Ikut aja ayo" paksa Pipin. Dia tau Aka sebenarnya mau ikut. Tapi ya gitu.
"Gue tunggu di luar" Zico keluar dari rumahnya. Kelihatan males meladeni Aka.
"Kalian pergi aja. Gue ngkk apa-apa kok"
"Benar ni" Tanya Ziyat. Aka mengangguk. Sebenarnya dia sangat ingin. Udah lama dia tidak lagi merasakan kumpul. Tapi apa dia sanggup lihat dirinya diabaikan nanti?
"Ya udah kita pergi ya"
Lima laki-laki itu pergi meninggalkan Aka sendiri di rumah. Dia memejamkan matanya untuk menghilangkan sedih menyelimuti hati.
Aka berjalan menuju kamarnya. Mengambil note yang jarang dia gunakan di dalam tasnya dan sebuah pulpen. Lalu dia memilih duduk dibalkon kamarnya.
Terpampang rumahnya dulu. Rumah yang dia huni yang sekarang ntah siapa yang menghuninya.
Cukup banyak kisah di rumah yang dia huni dulu dan rumah tempatnya duduk sekarang. Kisah dimana Aka tidak terlalu merasakan kehilangan dan kesendirian seperti sekarang.
Aka membuka note kecil ditangannya, menulis secercah kalimat keluhannya.
Kalimat takdir.
Bintang bersinar bagai dia berkata tetap berbinar.
Sepercik api melarangnya untuk kembali.
Air tak lagi dapat membasahi.
Dia lebih memilih untuk mengalir.
Mengikuti jejak sang penyihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cempaka [Completed]
Teen FictionAka bisa. Cempaka akan selalu bisa. Bagaimanapun bentuk takdir yang tuhan tetapkan. Aka selalu bisa hadapi dengan senyum dan kepercayaan. Dia tidak pernah menyatakan bahwa tuhan terlalu berat memberinya rintangan. Dia selalu berani, melawan dengan...