Bab 1

377K 12.5K 247
                                    

Selamat Membaca







Safa dan Bella temannya, sedang makan siang di kantin kampus. Kelas mereka akan dimulai tiga puluh menit lagi, jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di kantin saja.

"Eh.. Fa, lihat deh kesana." Bella berkata sambil menunjuk arah pintu masuk dengan dagunya.

Safa melihat kemana arah tunjuk Bella, lalu gadis itu terdiam ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan salah satu orang yang berjalan kearah meja kantin.

"Gue tuh kadang iri sama kak Rena, dia dikelilingi cowok ganteng semua. Kak Adam, kak Gaga, kak Danu, sempurna banget kan hidupnya dia." Bella berucap sambil memandang keempat orang itu dengan bibir dimajukan.

"Hmm.. kak Rena emang beruntung banget."

Dia bisa deket sama kak Adam, sementara aku ceweknya sendiri, udah kayak orang asing.

Danu menghampiri meja kedua gadis itu yang membuat keduanya agak sedikit terkejut.

"Hai, lagi makan ya?" tanya Danu sambil tersenyum ramah.

"Iya kak." jawab Bella, sedangkan Safa hanya tersenyum.

"Udah pada bayar belum?"

"Kenapa kak?" Safa bertanya dengan heran.

"Kalau belum, si Gaga mau bayarin." ucapnya dengan agak sedikit keras lalu terkikik geli diakhir kalimatnya.

"ENAK AJA, JANGAN DENGERIN SI DANU! MODUS DIA!" teriak Gaga yang tidak terima namanya disebut-sebut.

Lagi-lagi Safa dan Bella hanya tersenyum, jika kalian bertanya bagaimana Safa dan Bella bisa mengenal Danu dan Gaga, itu karena kedua gadis itu mengikuti organisasi yang sama, yaitu BEM.

"TENANG AJA KAK, KITA UDAH BAYAR KOK!" Bella ikut sedikit berteriak agar Gaga yang duduk beberapa meja darinya mendengar ucapannya.

Sedangkan Danu kembali terkekeh melihat raut wajah lega sahabatnya, cowok itu kembali memandang kedua gadis didepannya, "Yaudah lanjutin makannya, gue tinggal dulu."

Safa dan Bella hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

***

Saat hari menjelang sore, Safa sedang menunggu angkutan umum untuk kembali pulang kerumahnya. Bella sudah menawarinya untuk pulang bersama namun Safa menolak, rumah mereka berbeda arah. Dan Safa tidak menginginkan merepotkan Bella, mereka baru menjadi teman saat masuk kuliah bersama.

Safa sudah lelah sebenarnya, namun setelah menunggu hampir tiga puluh menit, angkutan umum belum terlihat juga. Safa kesal tentu saja, sebenarnya dia bisa saja menelfon Papa nya untuk meminta jemput.

Namun mana tega Safa menyuruh sang Papa disaat lelaki itu baru saja akan pulang bekerja. Safa menghela napas lelah, dia bukan berasal dari keluarga kaya. Papa nya hanya pegawai bank swasta dengan jabatan yang lumayan hingga bisa membiayai kuliah Safa dan biaya sekolah adiknya.

Keluarga Safa hanya mempunyai satu mobil, dan satu motor. Motor itu pun baru dibeli saat adiknya, Reza genap berusia tujuh belas tahun dan sudah memiliki SIM. Sedangkan Papa nya sempat menawarkan Safa untuk membelikan gadis itu motor namun Safa menolak. Dia kan tidak bisa naik motor!

Disaat sedang lelah menunggu, sebuah mobil keluar dari pelataran kampus dan berhenti didepan Safa yang membuat gadis itu mengerutkan keningnya. Namun saat melihat siapa penumpang didalamnya, Safa terdiam ditempatnya.

"Fa, nunggu angkot ya?" Rena bertanya sambil tersenyum ramah.

"Iya kak." Safa membalas senyum Rena tidak kalah ramah, meski dia sedikit kesal karena pengemudi mobil itu sama sekali tidak menyapanya.

Adam & SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang