Selamat Membaca
Satu minggu ini Safa disibukkan dengan urusan mengenai pensi untuk amal di kampusnya. Ardan masuk ke rumah sakit, dan hal itu membuat Safa yang mengambil ali semuanya.
Selama satu minggu juga, Safa, Rizky dan Ciko bolak-balik menjenguk Ardan. Selain itu mereka juga memanfaatkan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang tidak mereka mengerti.
Dan mungkin karena hal itu juga, hari ini saat pensi akan dilaksanakan, Safa merasakan tubuhnya terasa tidak enak. Dulu dia berhenti dari PMR selain karena bosan, dia juga terlalu lelah dengan jadwal organisasi itu. Lalu sekarang BEM yang membuat tubuhnya lelah.
“Kak kamu nggak papa? Kok pucat gitu?” Mama Safa bertanya saat melihat anak perempuannya tengah berjalan lesu menuju meja makan.
“Safa nggak papa Ma.” jawab Safa pelan, gadis itu merasa jika dia tidak kuat menahan berat tubuhnya sendiri.
Reza yang duduk disamping Safa, menoleh kepada kakaknya. Keningnya mengerut saat melihat ada perubahan diwajah Safa, meski bibir gadis itu sudah dipoles dengan lim blam namun raut wajah pucat gadis itu tidak bisa dibohongi.
“Lo sakit kak.”
Safa menoleh kepada Reza, “Sok tau lo!”
“Gue serius!” lalu tangan cowok yang duduk dibangku akhir SMA itu terarah ke kening sang kakak.
“Tuh kan panas!” serunya dengan keras yang membuat Safa berdecak dan menjauhkan diri dari adiknya.
Papa Safa yang sedari tadi menekuni koran yang dia baca, mendongak dan menatap putrinya. Lelaki paru baya itu berdiri dan berjalan menghampiri sang putri.
“Kamu pucat kak, kecapean pasti. Udah nggak usah kuliah, izin lagi sakit.” Papa Safa berucap sambil meletakkan tangannya dikening Safa.
“Nggak bisa Pa, Safa hari ini ada acara kampus.”
“Ck! Masa temen-temen kamu nggak mau ngerti kak, kamu kan beneran sakit.” Mamanya ikut berucap dan berdiri disamping Papanya.
“Safa jadi sie acara Ma.”
“Sie acara kan nggak Cuma satu.” Reza ikut menyela ucapan Safa.
“Nggak bisa, koordinator gue lagi sakit, dan gue yang gantiin dia.”
“Udah kak, nggak usah masuk. Papa maksa!”
“Safa nggak enak sama temen-temen Pa, lagi pula ketua BEM nya Safa galak.”
“Sini Papa temuin ketua BEM kamu, segalak apa sih orangnya!”
Safa yang mendengar itu terkikik geli didalam hati, Papanya tidak tau saja yang dia sebut galak tadi adalah calon menantunya.
“Udah kamu masuk kamar sana, istirahat. Mama yang telfon Bella.”
Safa menganggukkan kepalanya, gadis itu berjalan menuju kamarnya dengan Reza yang memapahnya. Padahal Safa sudah mengatakan jika dia bisa berjalan sendiri, tapi adiknya itu tetap menyebalkan setiap biasa.
***
Acara akan dimulai tiga puluh menit lagi, dan Adam sudah mengumpulkan semua anggota untuk melakukan breefing. Cowok itu terlebih dahulu mengumpulkan anggotanya berdasar tugas mereka masing-masing.
Sedari tadi dia juga belum melihat keberadaan Safa, kemarin malam dia dan Safa juga tidak berkomunikasi karena kesibukannya dalam acara ini. Adam membaca satu persatu dan sampailah dia pada kolom sie acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa
RomanceBagi Safa, menjadi pacar seorang Adam adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan. Adam itu tampan, cerdas, jago main basket, menjabat sebagai ketua BEM, apa yang kurang dari seorang Adam. Namun setelah menjalani hubungan selama hampir satu bulan d...