Bab 2

184K 10.7K 345
                                    

Selamat Membaca








Selesai makan malam, Safa dan keluarganya sedang duduk santai didepan layar televisi yang tengah menayangkan acara debat pilpres.

Papa dan Reza yang benar-benar fokus dengan acara itu, Mamanya yang tengah membolak-balikkan majalah ditangannya dan yang terakhir Safa yang sesekali menatap ponselnya berharap satu notifikasi yang dia tunggu-tunggu muncul.

“Kak ambilin Papa jus jeruk dong.” Papanya memerintahkan Safa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi sedetikpun.

“Gue juga dong kak.” kini Reza juga mengikut sang Papa yang menyuruh kakaknya.

Safa mendengus melihatnya, like father like daughter. Namun Safa tetap beranjak dari duduknya dan berjalan kearah dapur. Karena Mamanya tidak bekerja, jadi perempuan yang melahirkan Safa itu selalu mematiskan kulkas rumah mereka penuh dengan makanan dan minuman.

Saat Safa masih menuangkan jus jeruk kedalam gelas, seruan Reza membuat gadis itu cepat-cepat melakukan tugasnya dan membawa dua gelas jus jeruk itu kehadapan Papa dan adiknya.

“Kak, ponsel lo bunyi terus tuh, berisik!”

Safa datang dengan tergopoh-gopoh dan menyerahkan dua gelas jus jeruk itu kepada Reza, mengambil ponselnya dan berlari kecil memasuki kamarnya.

“Hallo.” Safa menyapa terlebih dahulu setelah menggeser gambar hijau diponselnya.

“Hmm..” hanya dehaman yang menjadi balasan sapaan Safa, namun gadis yang tengah berbaring dikasur kamarnya itu tetap menggigit bibirnya menahan senyumnya agar tidak melebar.

“Kak Adam lagi ngapain?”

Ya, notifikasi yang Safa tunggu adalah notifikasi dari Adam. Setiap malam Safa selalu menunggu Adam menghubunginya, biasanya Adam mengiriminya pesan namun malam ini cowok itu memilih menelfon.

“Jawab pertanyaan kamu.”

Jawaban singkat itu membuat Safa bangun dari tidurnya, dia lupa jika kekasihnya itu adalah cowok ter-menyebalkan yang pernah dia kenal.

“Udah makan?”

“Udah.”

“Sekarang lagi dimana?”

“Di rumah.”

Diam-diam Safa menghela napasnya, selain menunggu notifikasi, kegiatan Safa setiap malamnya bertambah, yaitu harus mencari topik pembicaraan saat berkomunikasi dengan Adam.

Adam itu irit bicara, dia hanya berbicara jika perlu. Namun Adam versi organisasi sungguh berbeda, didalam organisasi Adam benar-benar menjadi sosok pemimpin yang luar biasa. Itulah yang menyebabkan Safa mendaftarkan dirinya sebagai anggota BEM.

“Kamu kenapa?” Adam bertaya karena setelah menunggu beberapa detik, hanya diam yang melanda keduanya.

“Nggak papa kak.”

“Kok diam?”

“Kak Adam juga sering diam.”

Kini gantian Adam yang terdiam, Safa tersenyum tipis.

“Udah dulu, Bunda manggil aku. Selamat tidur, jangan lupa berdoa.”

“Kakak juga.”

***

Pagi ini tepatnya pukul sembilan, Safa mendapat kabar dari Bella jika Adam menyuruh semua anggota BEM untuk berkumpul di aula kampus. Gadis itu cukup keteteran, hari ini jadwal kelasnya berbeda dengan Bella.

Adam & SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang