Selamat Membaca
Karena memang keadaan Safa yang tak kunjung membaik, mama Safa memutuskan akan membawa Safa untuk di periksakan ke Dokter.
Hari ini, mereka, Safa dan mamanya akan pergi ke salah satu rumah sakit terdekat dari tempat tinggal Safa.
“Ma, beneran deh, Safa nggak perlu ke dokter. Safa minum obat yang di jual di warung aja.” Sedari tadi juga, Safa tidak berhenti mengeluh kepada mamanya yang terlalu berlebihan menurut Safa.
“Kamu tuh, nanti kalau demamnya nggak turun-turun, gimana? Kalau kamu kena DBD, gimana? Kan, mama juga yang repot,” ujar mama Safa dengan kesal.
“Mama, kok, doanya gitu! Safa kan, cuman kecapean biasa Ma.”
“Pokoknya, hari ini, kamu sama mama berangkat ke rumah sakit.”
“Ke sana naik apa? Papa kan, udah berangkat kerja. Mau naik angkot? Masa’ Safa sakit gini, di suruh naik angkot.” Safa mencoba mencari alasan agar dirinya tidak jadi berangkat ke rumah sakit.
Safa sebenarnya benci rumah sakit, dia sangat tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan rumah sakit. Dia benci bau obat di rumah sakit, dia benci suntikan, pokoknya, Safa benci semua yang ada di rumah sakit.
Dulu sekali, Safa masih sangat ingat bagaimana pelayanan di salah satu rumah sakit, yang Safa datangi dulu.
Saat itu, Reza sedang sakit, badannya panas sekali, bahkan Reza hampir tidak memiliki kesadaran.
Papa dan mamanya panik dan takut, namun saat tiba di rumah sakit, pelayanan mereka sungguh membuat Safa marah, saat itu keadaan ekonomi keluarganya memang buruk.
Mereka masih belum memiliki mobil, rumah pun masih mengontrak, papanya terancam di pecat, karena bank tempat papanya bekerja dulu terancam bangkrut.
Saat itu, Safa ingat sekali, papanya sudah memohon agar Reza di tangani terlebih dahulu, namun pihak rumah sakit malah mendahulukan mereka yang berdompet tebal, yang membayar rumah sakit secara tunai, bukan yang memakai kartu jaminan seperti keluarga Safa dulu.
Hal itulah, yang membuat Safa sangat menjauhi rumah sakit.
“Mama udah pesen grab, sana kamu ganti baju, bentar lagi grab mama, udah nyampe.” Setelah mengatakan itu, mama Safa segera beranjak dari duduknya untuk menuju kamarnya.
Safa menghela napas kasar, dia benar-benar tidak ingin pergi ke rumah sakit. Namun dengan terpaksa, Safa mulai berdiri dan berjalan malas-malasan ke kamarnya untuk berganti pakaian.
***
Kini Safa dan mamanya tengah di dalam mobil, yang akan mengantar mereka menuju rumah sakit. Mama Safa sudah mengabari suaminya, jika dia akan membawa Safa ke rumah sakit, jadi nanti, papa Safa yang akan menjemput mereka ketika pulang.
Safa menyender malas ke jendela di sampingnya, tangannya tergerak untuk membuka ponselnya dan melihat beberapa notifikasi di sana.
Salah satunya dari Bella, Safa tidak akan berharap jika Adam akan memberikan kabar, seperti kekasih orang pada umumnya.
Adam mengabarinya sehari, satu kali, itu sudah lebih cukup untuk Safa. Setidaknya, cowok itu masih ingat, jika dia memiliki kekasih.Safa membuka notifikasi yang di kirim oleh Bella, itu berisi semua vidio. Namun Safa malas membukanya, jadi dia membiarkan. Safa memutuskan untuk bertanya kepada Bella terlebih dahulu, siapa tau, isi vidio itu, tidak layak di tonton.
Apaan tuh?
Tidak beberapa lama kemudian, Bella langsung membaca dan membalas pesannya.
Lo, nggak lihat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa
RomanceBagi Safa, menjadi pacar seorang Adam adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan. Adam itu tampan, cerdas, jago main basket, menjabat sebagai ketua BEM, apa yang kurang dari seorang Adam. Namun setelah menjalani hubungan selama hampir satu bulan d...