Selamat Membaca
Safa berjalan cepat menuju tempat parkir, dia tidak mau membuat Adam menunggu. Selain itu, dia masih cukup berdebar dengan apa yang telah dilakukan oleh Adam tadi.
Sesampainya di tempat parkir, Safa segera mencari keberadaan Adam, di sana, sembari berdiri dengan menyender disamping mobilnya, Adam berdiri dengan kerennya, menyisir rambutnya yang sedikit lebih panjang itu ke belakang dengan jari-jari tangannya, saat memainkan ponselnya.
Safa merasa lemas seketika. Mama, mau peluk Kak Adam! Jerit Safa tertahan didalam hati.
Safa berjalan mendekat sembari mencoba menahan senyumnya. “Kak Adam.” Panggil Safa pelan.
Adam mengalihkan pandangannya saat mendengar seseorang memanggilnya, lalu cowok itu tersenyum tipis melihat Safa yang berdiri didekatnya.
“Udah makannya?” tanyanya memastikan yang hanya dijawab Safa dengan anggukkan kepala.
“Ayo, masuk!” ajak Adam kepada Safa.
Jangan pernah berpikir Adam akan membukakan pintu kepada Safa, karena itu hanya ada dikhayalan Safa. Adam bersikap seperti tadi saja, sudah merupakan anugrah dari Tuhan untuk Safa.
“Kita mau ke mana?” Safa bertanya saat mobil yang dikendarai Adam telah melaju beberapa saat.
“Jalan,” jawab Adam singkat.
“Ke mana?” tanya Safa lagi.
“Ke tempat tujuan aku.”
“Iya, ke mana Kak?”
“Rahasia, udah kamu jangan banyak nanya, aku malas jawabnya,” ujar Adam yang membuat Safa benar-benar melongo di tempat duduknya.
Di saat cowok lain sangat senang mendengar suara ceweknya, Adam malah kebalikannya. Mana ada cowok yang malas ngobrol sama ceweknya, walau pun itu hanya sekedar basa-basi saja.
Dasar, Adam dari planet mars! Rutuk Safa didalam hati.
Akhirnya sisa perjalanan itu hanya diisi hening, Safa memilih untuk tidak kembali bertanya, dia memasrahkan ke mana Adam membawanya. Sedangkan Adam, cowok itu terlihat sangat menikmati keheningan yang terjadi.
“Udah sampai, turun!”
Safa mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, Safa mengenali lingkungan ini, meski belum pernah ke sini. Lingkungan ini berisi butik yang menjual baju dengan harga selangit, bahkan untuk membayangkannya saja, Safa tidak berani.
“Kita ngapain ke sini?” Safa bertanya sambil meraih lengan Adam yang akan turun dari mobil.
“Ganti baju,” jawab Adam terlalu santai.
“Yang bener aja Kak, masa’ ganti baju di sini,” ucap Safa tidak percaya sambil melihat ke sekelilingnya.
Namun, saat kembali akan bersuara, Safa melihat Adam yang sudah keluar dan berjalan memasuki salah satu toko di sana. Karena tidak ingin ditinggal, Safa buru-buru turun dari mobil dan mengejar langkah kaki lebar milik Adam.
Saat sudah sampai di belakang Adam, segera saja Safa meraih jari kelingking cowok itu sambil melihat bagaimana desain butik mewah ini. Sedangkan Adam hanya melihat jarinya yang digenggam Safa dengan alis terangkat satu, tapi kemudian cowok itu membiarkan.
“Ma.” Sapa Adam kepada perempuan paru baya yang masih cantik meski sudah menua.
“Eh, kamu udah datang, ayo sini, mana yang mau di make over?” tanya perempuan paru baya itu dengan ramahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa
RomanceBagi Safa, menjadi pacar seorang Adam adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan. Adam itu tampan, cerdas, jago main basket, menjabat sebagai ketua BEM, apa yang kurang dari seorang Adam. Namun setelah menjalani hubungan selama hampir satu bulan d...