Bab 10

151K 9.4K 149
                                    

Selamat Membaca














Hari ini adalah hari kedua Safa marah kepada Adam, dan selama dua hari ini tak ada hubungan antara Safa dan Adam.

Safa merasa, jika Adam seorang laki-laki, maka dia akan menyadari kesalahannya dan menghubungi Safa terlebih dahulu. Sedangkan Adam berpikir, jika Safa masih marah kepadanya. Adam bukan tipe laki-laki yang akan merayu kekasihnya jika mereka sedang bertengkar.

“Fa, sebenarnya gue tuh nggak mau ngomong ini, tapi setelah gue pikir-pikir, lo perlu tau deh, tentang apa yang lagi banyak-banyaknya di omongin sama anak-anak BEM.” Bella berucap ketika dia dan Safa tengah berjalan menuju ke aula, karena Adam menyuruh mereka berkumpul di sana.

“Gosip lagi?” tanya Safa bosan.

Akhir-akhir ini Safa memang memiliki mood yang buruk, dia jarang tersenyum dan mudah marah.

“Iya, tapi bahan gosipnya elo.”

“Gue?” tanya Safa heran sambil menunjuk kepada dirinya sendiri.

“Iya,” jawab Bella sambil menganggukkan kepalanya.

“Kenapa jadi gue?”

“Katanya, dua hari lalu, temen kita ada yang dengar waktu lo lagi ngobrol sama Kak Adam di kantin. Dan, obrolan lo sama Kak Adam lebih terdengar kayak obrolan sepasang kekasih lagi berantem,” jelas Bella.

Safa menatap bingung ke depan sambil menggigit bibirnya, dia bingung harus berkata apa kepada Bella.

“Fa, kenapa diam aja.” Bella berucap sambil menyenggol lengan Safa.

Safa berhenti melangkah, gadis itu menatap Bella yang juga ikut berhenti melangkah seperti dirinya.

“Gue mau jujur, tapi lo jangan bilang siapa-siapa,” ujar Safa yang langsung diangguki kepala dengan semangat oleh Bella.

“Gue emang jadian sama Kak Adam.” Safa mengamati wajah sang sahabat, yang sama sekali tidak menunjukkan raut wajah terkejut.

“Kok, lo nggak kaget sih?” tanya Safa heran.

“Sebelum lo kasih tau gue, Kak Adam lebih dulu ngomong ke gue.”

“Ha? Kok bisa?”

“Jadi, waktu dia nyuruh gue pergi lebih dulu pas kita berdua di kantin, setelahnya Kak Adam chat gue, dia bilang kalau dia ada relationship sama lo. Duh, lo tau nggak gimana kagetnya gue waktu itu, pengennya tuh gue langsung telfon lo, tapi gue cuman nunggu lo ngomong jujur ke gue.”

Safa menatap Bella sambil tersenyum terharu, “Lo nggak marah sama gue, karena gue nggak bilang sama lo tentang Kak Adam?”

“Enggak-lah, kita emang sahabat, tapi, seerat apa pun ikatan persahabatan itu, tetep aja ada satu rahasia yang nggak boleh orang tau, kecuali diri kita sendiri.” Bella berucap sambil membalas senyum Safa.

Safa berhambur memeluk Bella, “Makasih udah mau ngertiin gue.”

“Yaudah sih, biasa aja, tapi lo belum traktir gue.”

Safa melepas pelukannya, dia menatapa Bella dengan cemberut. “Gue lagi berantem sama Kak Adam.”

“Kok bisa?”

Belum sempat Safa menjelaskan, tepukan di bahunya membuat Safa menghentikan niatnya.

“Buruan, Kak Ardan bilang kalau Kak Adam udah di sana!” Rizky berucap dengan Ciko di sebelahnya, kedua cowok itu nampak terengah-engah.

“Yaudah ayo!”

Ke empat remaja itu, berlari sekuat mereka untuk sampai di aula secepatnya. Adam seorang pemimpin yang sangat tidak menyukai keterlambatan. Baginya, itu adalah hal yang fatal.

Adam & SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang