Selamat Membaca
Setelah adegan memalukan yang disaksikan oleh Oma Adam dan Danu tadi, Safa kini tengah berada di meja makan bersama Adam, Danu, Gaga dan juga Rena.
Adam berkata jika sebentar lagi, saudaranya yang lain akan datang. Sepertinya, Adam berusaha mengenalkan Safa kepada saudaranya.
“Makanya, lain kali kalau mau mesum, cari tempat sepi.” Danu mungkin berniatan berbisik kepada Adam yang tengah duduk disampingnya, namun suara Danu terlalu keras jika di kategorikan dalam hal ‘berbisik’.
Safa melihat Adam yang hanya menatap sinis kepada Danu, Safa menoleh saat mendengar suara batuk disampingnya.
Rena tengah terbatuk-batuk, sepertinya gadis itu baru saja tersedak makanan yang dia kunyah.
Safa meraih air putih dalam gelas yang berada di depannya, gadis itu baru saja berniat untuk menyerahkan kepada Rena, namun, dia kalah cepat dengan Adam yang dengan tiba-tiba saja berada disampingnya, berdiri sambil membantu Rena minum, tangannya juga tidak tinggal diam, sibuk mengusap punggung Rena.
Safa menatapnya sebal, dia melihat tangannya yang masih memegang gelas berisi air putih, dengan kesal Safa akhirnya meminum air putih itu dengan rakus.
Mungkin karena minum tanpa bismillah terlebih dahulu, kini malah Safa yang tersedak minumnya.
Safa bahkan harus memukul-mukul dadanya sambil batuk-batuk, ketika merasa air yang dia minum telah tertelan sepenuhnya, Safa baru bisa bernapas dengan lega.
“Lo nggak pa-pa, Fa?” Tanya Danu.
Safa menganggukkan kepalanya, “Nggak pa-pa, Kak.”
Lalu Safa menoleh kepada Adam yang masih berdiri disampingnya.
“Makanya, kalau minum pelan-pelan.” Adam berucap sambil berjalan kembali ke tempat duduknya.
Safa tersenyum dengki didalam hati, Adam memang sesuatu yang sangat antik, bukan? Tadi saja ketika Rena tersedak, dia begitu tanggap. Kini, giliran Safa yang tersedak, ucapan sadis itu yang justru harus Safa dengar.
Tidak berapa lama kemudian, Arlan datang bersama laki-laki yang juga seumuran dengannya. Laki-laki itu datang dan langsung mengambil tempat duduk disamping Rena, laki-laki itu tampak sedang menggoda Rena, lalu satu kecupan mendarat di pipi Rena, yang membuat Safa melotot di tempatnya.
“Dia siapa?” laki-laki itu bertanya, begitu tatapannya bertemu dengan tatapan Safa.
Rena menoleh, dia tersenyum sebelum menjawab pertanyaan laki-laki itu. “Dia Safa, pacarnya Adam.”
Laki-laki itu mangut-mangut mengerti, lalu dia tersenyum kepada Safa. “Gue Awan, pacarnya Rena.”
Segera saja satu pukulan mendarat di pundak Awan.
“Bohong Fa, dia kakak kedua gue, agak gila emang.”
Safa hanya bisa meringis pelan, lalu ketika dia menolehkan kepalanya ke depan, Safa bisa melihat raut wajah tegang yang tengah coba Adam sembunyikan. Tatapan Adam sedari tadi juga tidak lepas dari interaksi antara Rena dan Awan.
Lagi-lagi semua menjadi misteri untuk Safa, sebenarnya hubungan apa yang dimiliki oleh Adam dan Rena, selepas mereka adalah saudara?
Saudara tidak mungkin menatap saudaranya dengan begitu, dan juga saudara tidak mungkin memperlakukan saudaranya begitu. Apalagi mereka bukan saudara kandung.
***
Kini Safa tengah duduk diam di salah satu sofa sambil melihat keakraban persaudaraan di depannya. Setelah makan tadi, para lelaki memutuskan untuk bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa
RomanceBagi Safa, menjadi pacar seorang Adam adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan. Adam itu tampan, cerdas, jago main basket, menjabat sebagai ketua BEM, apa yang kurang dari seorang Adam. Namun setelah menjalani hubungan selama hampir satu bulan d...