Selamat Membaca
Selesai makan, Safa dan Bella pamit lebih dulu untuk pergi ke bisokop. Sebenarnya Adam akan mengantar Safa pulang, namun gadis itu lebih memilih untuk pergi menonton bersama Bella. Sebenarnya Bella sudah mengatakan jika mereka bisa menonton lain kali, namun Safa tidak mau, dia ingin menonton sekarang.
Dan di sinilah kedua gadis itu berada, tengah mengantri membeli tiket untuk menonton. Sedari tadi Safa lebih banyak diam, Bella menyadarinya namun gadis itu juga memilih diam. Mungkin saja Safa masih terkejut dengan berita yang dia sampaikan tadi.
Sampai film tersebut selesai diputar dan kini mereka tengah berjalan menuju salah satu tempat makan, Safa masih saja diam.
“Fa, tadi filmnya keren ya,” ucap Bella mencoba mengajak Safa berbicara.
“Iya keren.” Safa menjawab seadanya.
“Sedih banget ya filmnya.”
“Iya, gue aja hampir nangis lihatnya.”
Sontak saja Bella menghentikan langkahnya dan menarik lengan Safa yang membuat gadis itu juga ikut menghentikan langkahnya.
“Kenapa Bel?” tanya Safa heran.
“Film tadi itu komedi, gimana bisa lo hampir nangis lihatnya,” ucap Bella jengkel.
Safa melongo mendengarnya, lalu langsung saja satu pukulan mengenai lengan Bella yang membuat gadis itu mengaduh.
“Kok lo pukul gue?” tanya Bella tidak terima.
“Lo yang bilang kalau filmnya sedih,” jawab Safa galak.
“Ya elo sanggah kek, malah diiyakan omongan gue. Lo kenapa sih Fa? Masih kepikiran tentang Kak Adam dan Fabian’s grup?”
Safa berdecak. “Gue nggak apa-apa.” Lalu gadis itu berjalan meneruskan langkahnya.
“Bohong banget sih Fa, lo kenapa sih?” tanya Bella lagi begitu sudah berjalan disamping Safa.
“Jadi makan nggak nih?”
Bella mengerucutkan bibirnya, Safa mengalihkan pembicaraan. Itu artinya gadis itu belum mau bercerita kepada Bella. Akhirnya Bella membiarkan, mungkin Safa perlu menenangkan dirinya.
“Jadilah, gue lapar lagi nih.”
“Makan di mana?”
“KFC aja.”
“Yaudah ayo.”
***
Malam ini Safa tengah bergelung di dalam selimutnya, gadis itu ingin bermalas-malasan.
Di luar sedang hujan, papa dan mamanya tengah pergi berdua entah ke mana. Sedangkan Reza sedang ada kegiatan di sekolah yang mengharuskan dia menginap. Jadilah Safa di rumah sendirian.
Safa masih memikirkan ucapan Bella, jika benar Adam adalah cucu dari Fabian’s grup, kenapa cowok itu tidak mengatakannya kepada Safa? Padahal waktu itu mereka datang ke gedung Fabian’s grup.
Tunggu dulu, jadi waktu itu opa dan oma Adam adalah pimpinan tertinggi Fabian’s grup? Pantas saja meski sudah berumur, aura ketegasan tidak bisa dihindari dari raut wajah keduanya.
Dering ponsel disampingnya membuat Safa meraih ponselnya, ada panggilan masuk dari Adam. Safa bimbang untuk mengangkatnya atau membiarkannya.
Sejujurnya Safa mulai ragu dengan Adam, Adam anak orang kaya lalu kenapa dia harus memacari Safa yang bukan apa-apa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa
RomanceBagi Safa, menjadi pacar seorang Adam adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan. Adam itu tampan, cerdas, jago main basket, menjabat sebagai ketua BEM, apa yang kurang dari seorang Adam. Namun setelah menjalani hubungan selama hampir satu bulan d...