Chapter 9

917 105 18
                                    

"Ada apa denganmu, Yi. Ada yang mengganggu pikiranmu?

Xiumin memperhatikan Lay yang sedari tadi hanya melamun sembari menatap televisi. Ia heran kepada adiknya yang satu ini, bukan berkemas untuk penerbangannya malah asyik melamun di ruang tengah.

"Yixing-aah, kau mendengar Hyung atau tidak?"

Xiumin melempar popcorn kearah Lay agar mendapat respon dari adiknya. Dan itu tak sia - sia. Lay terkejut hingga badannya bergerak tak nyaman.

"Yakk!! Minseok Hyung. Kau jahil sekali"

"Jika tak begini, kau takkan merespon ku, Yi. Lagipula, apa yang kau pikirkan hingga kupingku tertutup serapat itu? Hyung sudah memanggilmu berulang kali"

Lay mengedipkan kedua matanya bersamaan. Masih mencerna kalimat Xiumin.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?"

"A-ah, aku tidak memikirkan apapun, Hyung"

"Apa kau tidak ingin melakukan penerbangan hari ini, Yi. Kau terlihat berat melakukan penerbangan ini" Yixing memiringkan sudut bibirnya sebelah kanan.

"Aku bahkan tak ingin meninggalkan kalian lagi, Hyung. Aku tak ingin jauh dari kalian, sungguh"

"Hyung mengerti, Yi. Kau harus bersabar lebih lama lagi untuk bisa berkumpul bersama kami. Kami akan menunggumu"

"Tapi, Hyung. Aku mencemaskan kalian. Terutama Jongdae"

Lay tampak menunduk saat mengucapkan kalimatnya. Suaranya melirik hampir tak bisa ditangkap oleh telinga Xiumin.

"Hyung janji akan menjaga semua member dengan baik, Yi. Maaf Hyung tak bisa menjagamu, jadi kau harus nada dirimu baik - baik, eoh!" Xiumin melemparkan senyum kepada adiknya.

Pemuda kelahiran Changsa itu tak lagi menjawab. Pikirannya berkelana kesana kemari. Teringat lagi peristiwa beberapa saat lalu, ia membuka laci Jongdae tanpa ijin dari sang empu. Saat itu Junmyeon melarangnya namun ia nekad membukanya. Lay terlalu penasaran dengan kertas yang Jongdae masukkan kedalamnya.

"Hyung, jika aku menunda penerbangan ini bagaimana? Perasaanku tidak enak" tawarnya.

"Kau ingin pekerjaanmu menggunung?"

"Tidak masalah, Hyung. Aku hanya ingin melihat adikku sembuh"

"Memang siapa yang sakit? Jongdae sudah sembuh, Yi. Kau tak perlu mencemaskannya berlebihan"

Gelengan ringan mencerminkan bahwa Lay menyangkal perkataan hyungnya. Benar, Lay sempat membuka lembaran rapi yang Jongdae sembunyikan sebelumnya. Dan itulah alasan kenapa ia ingin tetap tinggal di dorm ini.

"Hyung, Jongdae-"

Ia berhenti sejenak. Pemuda berlesung Pipit itu tampak ragu untuk memberitahukan keadaan Jongdae yang sebenarnya.

"Jongdae-"

Berat sekali rasanya untuk menuntaskan kalimatnya. Suara Lay tak ingin keluar dengan sempurna tatkala dirinya kembali mengingat sebuah kalimat yang membuatnya tertohok tak berkutik.

'Abses Hati'

Meskipun pemuda China itu tak tahu benar tentang dua kata yang tersurat dalam selembar kertas berstempel rumah sakit ternama, Lay tak habis cara untuk mencari arti dari kata itu beberapa saat lalu.

"Jongdae kenapa. Kau jangan membuat hyung cemas, Yi" Xiumin meletakkan bungkusan popcron.

Lay belum merespon. Ia tak habis pikir akan penyakit adiknya ini.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang