Chapter 29

1.4K 116 84
                                    


Menembus polusi yang tak seberapa, Chanyeol melajukan mobil Jeep nya dengan perasaan yang begitu gusar. Keringat dinginnya bahkan dengan lancang menetes di pelipisnya. Sejak panggilan seluler dari Sehun berakhir, gundah hatinya tak bisa ditolerir. Chanyeol bergegas walau harus meninggalkan Baekhyun lagi.

Dalam perjalanan, Chanyeol sesekali mencoba menghubungi Suho, Xiumin dan yang lainnya untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Jongdae. Namun, sama sekali ia tak mendapat balasan dari para saudaranya. Pasti mereka sedang berada dalam pucuk kepanikan saat ini.

Setengah jam mengemudi, Chanyeol menginjak rem tepat di basemen bawah. Langkahnya terburu memasuki rumah sakit dan terarah menuju koridor ICU. Ya, Jongdae kembali dipindahkan ke ruangan itu, lima menit sebelum Sehun menelponnya.

Chanyeol mengatur napas karena ia sedaritadi berlari tanpa peduli situasi. Ketika sampai, kelereng yang dilapisi lensa kotak berwarna kecoklatan itu menangkap sosok Minseok yang sedang menenangkan Kyungsoo. Tanpa berlama-lama, Chanyeol mempercepat langkahnya lalu meminta penjelasan pada Suho yang sedang menyandarkan diri dengan tangan yang menyentuh pelipis.

"Junmyeon Hyung! Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban pasti dari sang Leader. Junmyeon hanya menggeleng kaku tanpa menyudahi aksinya menekan pelipis. Tentu saja, bahkan Junmyeon tidak tahu kejadian menyesakkan yang terjadi beberapa saat lalu.

"Hyung? Kenapa diam saja? Sehunnie, ada apa ini?" Chanyeol beralih pada Sehun yang sedang terisak.

"R-racun itu kembali bereaksi, Hyung. J-Jongdae Hyung hiks d-dia sekarat" Omong kosong apa ini. Chanyeol tak percaya.

"Jangan bercanda, Oh Sehun! Ba-bagaimana bisa racun yang sudah disingkirkan kembali lagi?"

"T-tapi- tapi itu yang dikatakan dokter pada kami"

Sehun menatap sendu kearah Chanyeol. Netra yang kemerahan karena menangis itu membuat Chanyeol sedikit terhuyung. Kakinya melemas seketika itu juga. Jika saja Jongin tak menariknya, maka sudah dipastikan Chanyeol tergeletak kebelakang.

"Hyung, tenangkan dirimu, kumohon" Pria Tan itu melirih sedemikian rupa.

"J-Jongdae Hyung akan baik-baik saja. Dia pria kuat, Hyung" kali ini Jongin menepuki bahu Chanyeol.

Chanyeol berteriak setuju dalam hatinya. Namun, relungnya seperti dihantam puluhan ribu baja berat. Kedua teman jahilnya seperti sedang menyiksanya tanpa ampun. Selalu saja memberi kabar buruk yang mengguncangkan emosi Chanyeol hingga remuk.

"Jongin-aah, Baekhyunnie. Di-dia, kewarasannya sudah hilang" Suara Chanyeol bergetar tatkala memberi tahu. Sementara Jongin menyergit kebingungan.

"A-aku tidak mengerti apa yang katakan, Hyung" tuturnya pelan.

"Aku baru saja menemuinya di rumah sakit jiwa" Chanyeol menekan dadanya seraya menahan sesak. Kepalanya enggan menunduk. Ia malah menatap adiknya dengan rasa sakit yang memancar dari matanya.

Setelah kalimat Chanyeol usai, Jongin tiba-tiba saja mengendurkan lengannya yang sedaritadi menahan punggung Chanyeol. Tatapan yang sedaritadi berusaha memancarkan rona pengharapan, kini mulai redup dan digantikan dengan tatapan nanar.

"Kenapa harus mereka? Kenapa harus para manusia cerewet itu?! Aku hhhhh aku menang tidak berguna! Aku tidak bisa menjaga mereka, Jongin-aah"

"Yeollie Hyung. Kumohon, tenanglah" Jongin mengeratkan kembali rangkulannya disaat Chanyeol mulai memukuli dadanya.

"Bagaimana aku bisa tenang hhhhh jika kedua temanku tidak baik-baik saja"

"Kami selalu bermain bersama, merecoki kalian dalam segala hal. Dan sekarang, tiba-tiba saja aku tidak bisa melakukan hal itu bersama mereka!" Chanyeol membuka mulutnya lebar-lebar. Membiarkan udara masuk lebih banyak kedalam paru-parunya.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang