Chapter 10

873 104 24
                                    


Angin bertiup riuh. Menerbangkan lembaran daun yang telah jatuh dan mengering. Cahaya rembulan yang redup, menambah kesan sendu dimalam ini. Aku terbangun dibuatnya. Kedua bolamataku mengerjap ketika tak setitik cahayapun menusuk mata. Itu karena lampu kamarku tak dinyalakan.

Aku teringat terakhir kali aku tersadar. Saat itu ada Lay Ge bersamaku. Betapa dia mencemasknku ketika aku memuntahkan darah dari mulutku. Aku merasa tak enak padanya. Seharusnya Lay Ge tak melihatku alam kondisi semengenaskan itu.

Aku bangkit dari tidurku - berjalan dengan langkah berat untuk mencari sumbu lampu. Setelahnya, lampu menyala terang dan ku amati setiap ruangan ini. Di nakas, ada sebaskom air dan sebuah handuk kecil yang tergeletak di atas tempat tidurku. Mungkin Lay Ge mengompresku dan handuk itu terjatuh ketika aku merubah pisisi tidurku?

Ku arahkan netraku lagi. Tidak ada bekas darah di ubin itu. Apa Lay Ge yang membersihkannya? Ah, aku merepotkannya lagi.

Langkahku kembali menuju pembaringan. Ku dudukan tubuhku yang masih lemas lalu kulirik laci nakas yang tak terkunci. Ku sunggingkan senyum miris lalu ku buka laci itu dengan kasar.

'Hasil Tes Kesehatan Seoul Hospital' begitu yang tertera.

Sebelumnya, aku memang sudah mengetahui tentang isi dari surat ini. Tentang kondisi ku yang terbilang lemah. Benar, aku sengaja merahasiakannya dari para member. Tapi Lay Ge berhasil mengetahui isi surat ini tanpa sepengetahuanku. Aku sedikit resah. Tak ingin jika Lay Ge membeberkan penyakitku pada member.

Em, Dokter memvonisku dengan Abses Hati. Aku tak tahu penyakit macam apa itu, yang jelas, Dokter mewanti-wantiku untuk tidak mengkonsumsi makanan yang tak matang dengan sempurna, tak boleh kelelahan, dan beberapa peringatan lain.

Betapa lemahnya aku, hanya bergerak beberapa lama saja sudah mimisan. Setelah itu kepalaku berputar lalu jatuh pingsan. Obat dari Dokter hanya bisa mengurangi rasa sakit di perut bagian atasku saja. Tak bisa memulihkan daya tahan tubuhku yang melemah.

Oh, ayolah. Aku sangat membenci kondisi ini.

Kondisi dimana banyak pertanyaan yang terlontar dari para member. Mereka semua selalu saja menanyakan keadaanku. Seakan-akan aku adalah yang terlemah diantara mereka.

Lamunanku terhenti sesaat ketika pintu kamarku berbunyi berirama. Seseorang sedang berada di baliknya - mengetuk pintu kamarku dengan sopan.

Knop pintu ditariknya lalu pintu terbuka. Aku tersenyum mendapati siapa yang datang. Dia yang selalu membawa energi positif untuk kami, saat ini sedang menghampiriku dan tersenyum.

"Hyung sudah bangun? Lay Ge memintaku untuk mengecek kondisimu"

Sebentar, mengecek kondisiku? Apa Lay Ge membocorkan rahasiaku kepada Jongin?

Jongin menempelkan punggung tangannya tepat di dahi ku.

"Lay Ge bilang bahwa kau demam, Hyung. Kupikir demam mu sudah turun" Jongin tersenyum lalu melepaskan punggung tangannya dari dahiku.

"Apa yang kau rasakan, Hyung? Apa masih pusing?"

Aku menggeleng senang. Lay Ge menepati janjinya untuk tidak membocorkan rahasiaku pada member.

"Baiklah kalau begitu, ayo turun. Memberdeul sudah menunggu Jongdae hyung dibawah. Kyungsoo hyung memasak sushi kali ini. Pasti lezat"

"Sushi?" aku bertanya ragu.

"Ehm. Bukankah Jongdae hyung menyukainya?"

"Tentu saja, Jongin" ku tunjukkan senyum manisku untuk adik kecil ku ini.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang