Chapter 24

1K 123 60
                                    

"Aku yang melakukannya, aku yang menusukkan jarum suntik itu. Aku, t-tanganku yang s-sudah memasukan c-cairan berbahaya itu hiks, aku! Aku!!"

"BAJINGAN KAU, BYUN BAEKHYUN!"

Minseok mulai membabi buta. Ia mendorong Baekhyun hingga pojok ruangan dekat pintu. Baekhyun meringis pelan lalu ia alihkan perhatiannya ke semua member. Tidak ada satupun yang iba. Namun ada satu yang berbeda. Seorang pemuda pucat yang berdiri berpegangan pada tembok tampak menunjukkan kesenduannya. Itu Jongdae, adiknya.

Baekhyun terkejut bukan main. Pasalnya sebelum menemui saudaranya, Baekhyun melarang Jongdae untuk beranjak dari ranjang pesakitannya.

Flashback On!

"H-hyung-hhhhhhhhh, k-kumohon j-jangan nekad. A-aku ti-tidak ingin a-aagghh, k-kau terluka"

"Tidak usah sok peduli! Siapa dirimu, huh?"

"A-aku s-saudaramu, H-hyung. K-kau t-tidak bisa a-agrhh, m-menyembunyikan r-rasa takutmu, H-hyung"

"Aku bukan pengecut sepertimu, bodoh! Jangan sok tahu!"

"T-terserah, Hyung. Tapi k-kau tak bersalah. D-disini, akulah penyebabnya. L-lay Ge me-menyegarkan ini semua k-karena keangkuhanku, H-hyung" Baekhyun menunjukkan senyum miringnya.

"Benar, dan sudah ku katakan bahwa kau harus tanggung jawab!" Jongdae mengangguk kaku. Ia menyeka air matanya yang entah kapan turun dari singgasana. Kemudian ia berusaha mendudukkan tubuhnya yang sudah lemah. Tangan kanannya menahan darah yang keluar dari perut, sedangkan tangan kirinya mencoba mencari sesuatu dibalik bantalnya. Sebilah pisau buah. Baekhyun membiarkannya.

"H-hyung-, kau tahu, sejujurnya a-aku masih i-ingin hidup bersama k-kalian. Tapi, a-aku juga sudah b-bosan h-hidup dengan rasa bersalah, h-hyung" Baekhyun masih abai. Tapi hatinya merasa nyeri mendengar tuturnya.

"A-aku p-pendosa. K-kalian membenciku, k-kai tak mau m-melihat wujudku lagi, d-dan kau sendiri m-menyuruhku mati, Hyung. Dan i-itu semua memang w-wajar. A-aku akan mencoba mengabulkan k-keinginanmu, Hyung" Baekhyun tersentak, Jongdae mendekatkan pisaunya ke arah nadinya.

"T-tapi- apa kau harus tahu sesuatu, Hyung. Bahwa aku t-tak a-akan membiarkan semua b-berakhir buruk. A-aku menyayangi k-kalian, termasuk L-lay G-ge" menyebut nama 'Lay' dengan gemetar, Baekhyun semakin dibuatnya miris.

"K-ku dengar, Lay Ge me-membutuhkan sum-sum ku? K-kau tahu, H-hyung, L-lay G-ge akan semakin bugar j-jika mendapat sum-sum d-dari orang y-yang barusaja m-meninggal? A-aku mendapat informasi itu dari i-internet, Hyung"

"A-apa maksudmu?" Baekhyun mulai panik. Relungnya menyesak bukan main. Jika apa yang dipikirkannya saat ini sama dengan pemikiran Jongdae, maka hatinya mungkin akan berbalik untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi.

"Aku ingin bertanggungjawab d-dengan caraku s-sendiri, Hyung. A-aku pengecut, aku t-tak ingin dipenjara seperti k-katamu, Hyung"

"BODOH!! KAU HANYA BOLEH MATI DITANGANKU!" Baekhyun menggapai pisau itu namun Jongdae menahannya.

"Kumohon, Hyung! Demi kalian!"

"BUANG PISAUNYA!! KAU MAU MATI DENGAN CARA SEPERTI INI, HUH? PIKIRKAN YANG LAIN! JANGAN EGOIS!"

"APA HYUNG? BAGIKU SEMUANYA SUDAH BERAKHIR, TIDAK ADA YANG LAIN! KALIAN MEMBENCIKU, MENYUMPAHIKU MATI. ABOJI MENYURUHKU BERHENTI BERMIMPI, MEMENDAM BAKAT DAN SEMUA KEINGINANKU! EOMMA MENGIRIMKU KE JERMAN DAN HIDUP DALAM KESEPIAN! Apa yang harus ku pikirkan, Hyung? Aku tak bisa hidup seperti itu"

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang