Derap langkah mengudara mengisi sepinya koridor malam ini. Padahal jam baru menunjukkan pukul sembilan malam. Bukankah bisanya masih banyak pembesuk yang berkeliaran? Dimana mereka semua?Chanyeol dan Jongin berjalan beriringan. Sesekali bercanda untuk mengurangi kekhawatiran mereka. Namun tak bisa dipungkiri relung mereka merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi. Entah apa itu, hingga serempak mereka membungkam mulut dengan perasaan gundah.
"Hyung, kenapa perasaanku tak enak? Apa terjadi sesuatu?" Jongin menghentikan langkahnya sembari menarik baju Chanyeol.
"Semua pasti baik-baik saja. Jangan cemas, eoh" pria tiang itu memberi senyum hangatnya untuk adiknya.
Bukankah ia harus tetap menenangkan Jongin walaupun sebenernya perasaannya sedang tak karuan?
"Tapi, Hyung. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Baekhyun Hyung atau pada Jongdae Hyung?"
"Jongin-aah, simpan pikiran negatif mu itu. Bukankah lebih baik kita memastikan sendiri? Hyung yakin, tak terjadi apapun pada Baekhyun dan Jongdae"
Lagi-lagi pria tiang itu tersenyum. Tangan besarnya menggapai lengan Jongin lalu mengajaknya melanjutkan langkah yang tertunda. Jongin tak protes. Ia hanya sibuk pada kecemasan yang menguasai dirinya.
Belok kanan-menuju tempat Jongdae mendapat perawatan, koridor disini sedikit ramai. Ah, tidak. Ini benar-benar ramai. Banyak orang asing berkerumun di sekitar Instalasi Gawat Darurat. Terlihat juga beberapa manager yang kewalahan membendung massa. Ah, satu lagi. Reporter juga turut andil dalam kerumunan itu. Memegang kamera, menyoroti seseorang yang terduduk lemas di lantai dingin itu. Jongin terheran, begitu juga Chanyeol.
"Hyung kenapa ramai sekali?" Chanyeol menggeleng sebagai jawaban. Ia menajamkan mandangannya guna menelaah suasana.
"Atau jangan-jangan mereka tahu bahwa Jongdae Hyung dirawat disini? Aiiish, siapa yang menyebarkan informasi ini"
Chanyeol diam saja. Ia tak berminat membalas geraman adiknya. Fokusnya hanya pada seseorang yang tampak menangis di sebalik keramaian itu. Itu Baekhyun. Chanyeol tersentak lalu mengubah rautnya menjadi kekhawatiran.
'Apa terjadi sesuatu pada mu, Baekhyun-aah? Kenapa menangis dan kenapa yang lain hanya diam saja?'
"Pembunuh!! Byun Baekhyun pembunuh!!" Seseorang berseru begitu nyaring. Hal itu membuat Chanyeol dan Jongin membulatkan matanya sempurna lalu saling berpandangan tak lebih dari lima detik.
"Penjarakan dia! Jangan biarkan dia berkeliaran dan meracuni saudaranya lagi!!"
'Apa-apaan ini? Apa beritanya sudah menyebar?' batin Chanyeol tak enak.
"Benar!! Dunia hiburan Korea tak sudi menerimanya lagi! Entahlah!"
"Diam!! Kumohon, diam! Ini rumah sakit!"
Yongmin selaku manager EXO berusaha menghalau massa. Keadaan saat ini sedang tak kondusif. Jongdae barusaja mengalami kemalangan, kenapa pula media dan massa berkumpul untuk memperkeruh suasana dengan ikut-ikutan menghakimi Baekhyun? Belum lagi fakta bahwa Minhwak telah menyerahkan diri pada pihak kepolisian. Kepala Yongmin nyaris meledak.
"Jangan menyuruh kami untuk diam! Ini tidak adil! Publik harus tahu bagaimana jahatnya sampah ini pada adiknya sendiri!" Pria setengah baya mengarahkan jari telunjuknya kearah Baekhyun. Baekhyun pun semakin menunduk dan terisak sendu.
Jongin merasakan sesak dalam hatinya. Ia menoleh kearah Chanyeol lalu mendapati wajah sedih yang benar-benar nyata. Ia menghela napas, tersenyum miris ketika menyadari sesuatu. Bahwa Chanyeol memang pintar bermain peran namun jika sudah berhubungan dengan hinaan pada saudara-saudaranya, Chanyeol takkan bisa menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
September || Kim Jongdae
FanfictionKetika raganya sudah hampir hilang, lengkung manisnya pun perlahan sirna, satu persatu dari mereka termakan berjuta penyesalan. Tidak ada yang bisa dimaklumi atau bahkan di perbaiki lagi. Dan mungkin, ini sudah berakhir.