Fajar telah bersemayam di atas kepala. Langit biru juga telah mendominasi angkasa. Semilir angin tak terasa, meski sudah memejamkan mata. Aku sendirian disini. Tepatnya disekitar taman rumah sakit tempat Lay Hyung dirawat. Tak banyak yang ku lakukan, hanya duduk sembari mengamati para pasien yang sedang bercengkrama dengan alam.
Apa yang kupikirkan? Aku juga tidak tahu. Jongdae Hyung sakit, Lay Hyung dalam kondisi mengenaskan, keadaan ini benar - benar membuat otakku tak bekerja. Maka dari itu aku lebih memilih duduk disini sambil menjernihkan kepalaku.
Kalian tahu, memikirkan kesehatan kedua hyungku sangat membuatku frustasi. Aku sedih, khawatir, sekaligus marah kepada Jongdae Hyung karena dia menyembunyikan penyakitnya dari kami. Ah, bagaimana aku mengatakannya? Aku tidak ingin dia pergi. Aku takut. Lay Hyung bilang, penyakit Jongdae Hyung memiliki resiko berbahaya. Bagaimana jika sesuatu yang buruk menimpanya?
Dan, mengenai kejadian beberapa waktu lalu, aku tidak membenci Jongdae Hyung. Aku tahu Jongdae Hyung pasti tak bermaksud melukai Lay Hyung. Aku hanya terkejut, tidak lebih. Tapi, aku sedikit kecewa karena yang ku dengar dari Jongin, Jongdae Hyung sempat adu mulut dengan Lay Hyung.
Aku merusak tatanan rambutku yang tak lagi rapi. Bahkan saat ini aku ingin sekali menangis. Kalian tahu, semalam, setelah Chanyeol Hyung dan Jongin menyumbangkan darah mereka untuk Lay Hyung, dokter berkata bahwa darah mereka tak banyak membantu. Lay Hyung masih kritis dengan tulang - tulangnya yang remuk. Lay Hyung , bagaimana jika dia tak bisa bergerak dengan leluasa seperti sebelumnya? Aku yakin Lay Hyung akan sangat frustasi. Aku tak ingin itu terjadi.
Tak hanya kritis dan patah tulang, Lay Hyung, aku tak bisa membayangkan bagaimana nanti saat dia sadar dan tak mengenali kami sebagai saudaranya. Bagaimana nanti saat dia sadar, Lay Hyung malah bertanya 'kalian siapa? Dimana aku?' Dan 'siapa aku?' itu sama sekali tidak lucu.
Padahal dulu kami akan selalu tertawa atau bahkan merasa jengah dengan pertanyaan konyol seperti itu. Tapi kali ini, aku akan jatuh terpuruk jika Lay Hyung bertanya seperti itu. Itu sudah bisa terprediksi karena aku terlalu rapuh untuk merasakan sesak seperti itu.Emosi Chanyeol Hyung semalam tak bisa di kontrol. Dia terlihat berantakan setelah dokter yang menangani Lay Hyung menyampaikan berita buruk. Chanyeol Hyung menangis sejadi - jadinya lalu pergi begitu saja. Diantara kami, tak ada satupun yang mengejarnya. Itu karena kami pun hancur. Kami sibuk dengan diri masing - masing.
Pagi - pagi sekali, Chanyeol Hyung datang lagi. Dengan penampilan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Junmyeon Hyung bertanya pada Chanyeol Hyung mengenai kepergiannya semalam. Chanyeol hyung hanya tersenyum simpul menanggapi Junmyeon Hyung.
Sementara Jongin, anak itu menjadi pendiam dan mudah sekali marah. Matanya terus saja menunjukkan kebencian. Aku tahu, Jongin pasti terpukul atas apa yang ia lihat dengan matanya. Namun, aku sangat berharap, semoga saja Jongin tak menaruh dendam pada Jongdae Hyung. Oh, ayolah, kita bisa terpecah belah.
"Sehunnie, kau kah itu"
Aku membuka mataku yang sedari tadi kupejamkan. Itu suara Kyungsoo Hyung. Bicara tentang Kyungsoo Hyung, sejak Lay Hyung terbaring lemah di ranjang sialan itu, Kyungsoo Hyung sama sekali belum membesuknya. Itu karena dia harus menjaga Jongdae Hyung. Aku memakluminya.
Ku tolehkan kepalaku menuju sumber suara. Disana, Kyungsoo Hyung menatapku. Aku tersenyum lalu saat kudapati seseorang dibelakang Kyungsoo Hyung, senyumku seakan sirna terbawa angin. Jongdae Hyung disana. Aku, A-aku ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
September || Kim Jongdae
FanfictionKetika raganya sudah hampir hilang, lengkung manisnya pun perlahan sirna, satu persatu dari mereka termakan berjuta penyesalan. Tidak ada yang bisa dimaklumi atau bahkan di perbaiki lagi. Dan mungkin, ini sudah berakhir.