Chapter 30

1.3K 127 112
                                    

*Baca part terakhir di chapter 29, ya guys. Biar feel-nya dapet.
________________________________

Selamat membaca ^^
_________________________________
_________________

"Dokter, tolong bantu aku menemui Baekhyun dan Lay Ge. Itu permintaan terakhirku untukmu"

Jongdae kembali menyodorkan buku bersampul biru. Mengamati mimik wajah sang dokter saat membaca tulisannya, ia berharap dokter yang selama ini merawatnya sekaligus menjadi tempat Jongdae bercerita, dokter itu bersedia menerima permintaan terakhirnya.

"Kau benar-benar ingin mati, Jongdae? Berjuanglah sedikit lagi. Ubah takdirmu! Jangan menyerah seperti ini"

Risau bercampur marah serta sedih, dokter Kang berbicara dengan nada menggebu.

"Untuk apa berjuang? Bukankah manusia pada akhirnya akan mati juga?"

"Tubuhku sudah lelah merasakan sakit. Aku ingin istirahat. Tolong jangan memaksaku untuk tetap dalam lingkaran pesakitan ini, Dok"

Dokter beralmamater putih itu tertampar oleh apa yang saat ini ia baca. Beliau sungguh membenci tulisan Jongdae yang satu ini. Jongdae yang beliau kenal bukanlah Jongdae yang dengan mudahnya mengeluh dan mengutarakan rasa sakit. Jongdae yang beliau kenal bukanlah Jongdae yang berpikiran pendek seperti ini.

Memang, semua orang pasti akan mati. Namun, apa salahnya bertahan sebentar lagi? 

Dokter Kang menunduk kecewa setelah membaca tulisan pasiennya. Hatinya nyeri sekali saat ini. Namun jika dipikir lagi, dibandingkan dengan rasa sakit yang selama ini menemani pasiennya memang wajar jika Jongdae memilih untuk pergi.

Dokter Kang membuang napas pasrah. Jika Jongdae sudah menyetujui akhir hidupnya, maka beliau tak lagi bisa menentangnya. Dokter berkacamata tebal itu mengusap air matanya yang kembali turun, lalu memberanikan diri menatap orang yang terbaring lemas diatas ranjang.

"Baiklah, saya akan meminta izin untuk memindahkan Lay keruangan ini" ujarnya mengembalikan ke topik awal—lebih tepatnya, sang dokter tak ingin membahas lebih dalam.

Jongdae tersenyum dalam hati. Ia ingin segera meminta maaf pada kakaknya yang sudah lama sekali tak ia temui.

"Tapi untuk Baekhyun, saya tidak bisa berjanji"

Dan kemudian, senyumnya luntur tak berbekas. Bayangan Baekhyun yang sedang meronta dan berteriak memanggil namanya kembali hadir. Jongdae ingin sekali memastikan keadaan Baekhyun.

"Tolong bujuk mereka, Dok. Ini kesempatan terakhir ku untuk bertemu dengannya"

Jongdae menyerahkan tulisannya kepada dokternya. Setelah berbalas tatap dengan dokter Kang, Jongdae meletakkan buku kecil tersebut kedalam selimutnya. Matanya terpejam paksa tatkala seluruh tubuhnya kembali berulah.

"Akan saya coba. Baiklah, saya pergi"

_________

Waktu seolah berjalan lebih lambat. Setiap ku hembuskan napas, pun terasa sangat berat. Pikiranku tak bisa lepas dari Jongdae Hyung. Pasalnya, Dokter cantik yang keluar bersama rombongan beberapa saat lalu mengatakan bahwa Dokter Kang masih harus memantau perkembangan Jongdae Hyung, sedangkan kami belum diperbolehkan untuk menjenguknya.

Entah kenapa, jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ada rasa takut yang turut hadir disela-sela rasa bersalah yang tak pernah hilang. Kumohon, Tuhan, Jongdae Hyung harus baik-baik saja. Atau, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

"Dokter Kang!!"

Suara Eommanim membuyarkan lamunanku. Aku—yang saat ini terduduk disebelah Chanyeol Hyung akhirnya memperhatikan kearah sumber suara. Takutku semakin menjadi tatkala Dokter yang Lebih dari dua jam kami tunggu, akhirnya muncul dengan raut sendu.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang