Waktu berjalan selambat siput. Meninggalkan bekas - bekas kekhawatiran yang menggebu. Malam berlalu menjadi subuh, tak berhasil mengalahkan kantuk yang merasuk.Aroma alkohol sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Ruangan serba putih dengan bunga plastik yang tertera di atas nakas tak menyita perhatian para pria berwajah tampan. Hanya deru napas lelah yang terdengar, berpadu padan dengan kegelisahan mereka.
Salah satu dari mereka memegangi tangan pria yang terbaring dengan slang infus yang tertancap di punggung tangannya. Mengelusnya lalu menggenggamnya lebih erat dari yang sebelumnya. Ia begitu tidak sabar ingin melihat pergerakan kecil dari adiknya.
"Kenapa harus Jongdae? Dia tidak pantas terbaring lemah seperti ini" Pria itu melirih sembari mengusap surai adiknya.
"Karena Tuhan tahu bahwa Jongdae itu kuat, Hyung" Pria tiang yang berada di hadapannya menanggapi.
"Benar kata Chanyeol, Hyung. Bukankah tadi hyung mendengar penuturan dokter tentang keadaan Jongdae? Tidak ada penyakit yang parah di dalam tubuhnya" Tangkas seseorang dari sofa panjang.
"Entahlah, Baek. Hyung hanya merasa ada sesuatu yang janggal di sini"
"Kau selalu mengkhawatirkan sesuatu yang tak perlu di khawatirkan, Suho hyung!" Baekhyun mengambil ponsel di saku celananya lalu melihat jam yang tertera di ponsel pintarnya.
03.06 KST
"Suho hyung, kau tidurlah. Bukankah besok kau memiliki jadwal?"
"Aku akan membatalkannya, Baek. Kau sediri juga memiliki jadwal bersama CBX 'kan?"
"Entahlah, Hyung. Kau lihat sendiri, keadaan Jongdae memburuk. Haruskah kami melanjutkan jadwal?"
Suho menggelengkan kepalanya tandak ia tak menyetujui usulan Baekhyun.
"Kau akan kena marah dari pihak agensi, Baek-aah. Pergilah bersama Minseok Hyung. Biar hyung yang memintakan izin absennya Jongdae kepada manager"
"Tapi, Hyung-"
"Tidurlah, Baek. Sebentar lagi matahari muncul dan kau harus segera bersiap untuk memulai aktivitasmu"
Baekhyun akhirnya menyerah. Ia berusaha menutup netranya yang tak mengantuk. Sungguh ia tak ingin pergi tanpa satu temannya yang saat ini terkulai di ranjang pesakitan.
"Semoga kau cepat sembuh, Dae-aah" Baekhyun mendoakan membernya.
Setelah berhasil memaksa Baekhyun untuk tidur, kini tersisa tiga adiknya yang masih terjaga. Lay, Chanyeol dan Sehun masih tak ingin mengistirahatkan raganya.
"Kalian tidurlah. Biar Hyung yang menjaga Jongdae"
"Tidak, Hyung. Aku akan menjaga adikku" Pria berlesung pipit itu menatap Suho dengan pandangan memohon.
"Toh, sebentar lagi pagi, Hyung. Jika kami tidur pun tak akan mendapatkan tidur yang nyenyak" kali ini Chanyeol yang menyahuti.
"Setidaknya kalian dapat mengistirahatkan punggung kalian" Suho tak ingin kalah.
"Kalau begitu biar Junmyeon hyung saja yang istirahat. Kami akan menjaga Jongdae hyung" si kecil Sehun ikut bersuara.
Keempatnya terdiam. Mereka sama - sama enggan membiarkan Jongdae sendirian. Mereka enggan menutup mata mereka. Tentu saja mereka memiliki alasn masing - masing hingga mereka terlampau mengkhawatirkan Jongdae.
"Hyung, kau sudah memberi tahu kedua orang tua Jongdae?"
Suho tersadar sejenak. Itu sama sekali tidak terpikirkan oleh otak cerdasnya sedritadi. Ia menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
September || Kim Jongdae
FanfictionKetika raganya sudah hampir hilang, lengkung manisnya pun perlahan sirna, satu persatu dari mereka termakan berjuta penyesalan. Tidak ada yang bisa dimaklumi atau bahkan di perbaiki lagi. Dan mungkin, ini sudah berakhir.