Chapter 21

984 139 72
                                    


"Sehunnie, ada apa? Kau terlihat sedih"

Diruang putih beraroma antiseptik yang senantiasa terhirup indra penciuman, empat pria dewasa sedang memperhatikan salah satu diantara mereka yang paling muda. Suara khas milik pria tiang itu selalu berusaha merusak dinding keheningan. Namun sayangnya, hanya beberapa kalimat saja yang berhasil ia dapatkan dari mulut sodaranya sebagai tanggapan.

"Sehunnie, dimana Kyungsoo? Kenapa anak itu tak bersamamu?"

Pria putih yang tidak terlalu tinggi ikut bertanya. Dia sebagai seorang pemimpin harus mengetahui keberadaan semua membernya, bukan? Ia tak mungkin melupakan Kyungsoo meski akhir-akhir ini hubungan para member dengan Kyungsoo sedikit renggang.

"Sehunnie, dimana Kyungsoo? Apa dia tidak ikut kemari?"

"Sehunnie, bicaralah"

Junmyeon menghela napasnya. Jika sudah seperti ini, aritnya adiknya yang termuda itu sedang dalam suasana hati yang buruk. Junmyeon memandangi paras adiknya. Kulit Sehun tampak lebih pucat dari biasanya. Dan matanya sembap?

"Hunnie, kau menangis?" Tanyanya lagi. Namun adiknya tak kunjung membuka suara.

"Oh Sehun, jika ditanya maka jawablah! Junmyeon Hyung sudah terlalu sabar mengurusmu selama ini. Setidaknya hormatilah dia karena bagaimanapun dia lebih tua darimu!"

Pemuda beruang yang duduk tepat disamping Sehun itu bergumam lirih. Mata dan perhatiannya memusat pada adiknya yang tampak seperti patung hidup.

"Oh Sehun!!" Nadanya meninggi dan matanya menajam tatkala ia tak mendapat respon dari pemuda albino disampingnya. Emosinya kacau.

"Sudahlah, Jongin. Suasana hatinya sedang tidak baik. Jika kau terus-terusan menekan kalimatmu, Sehun akan salah paham nanti" Junmyeon menengahi.

Tidak ada yang menanggapi. Semua diam, tak terkecuali Jongin. Anak itu masih mengintai Sehun yang tak bergeming sama sekali. Apa yang barusaja terjadi? Jongin tak tahu.

"Jongdae Hyung juga lebih tua darimu dan kau sangat kurang ajar padanya"

Satu gerakan membuat semua pandangan tertuju pada Sehun. Anak itu bangkit mendekati seseorang yang terlalu nyaman berbaring di atas ranjang pesakitan. Dengan langkah gontainya, Sehun menyeret kakinya. Meski terasa lemas, ia ingin bersandar. Bersandar pada kakaknya yang selalu menenangkannya tak peduli seberapapun jarak yang terbentang. Lay, ia butuh pelukan dari Lay. Sosok kakak yang ia rindukan.

Pemuda kelahiran bulan April itu menarik kursi tepat disamping ranjang kakaknya. Lagi-lagi Sehun terpaku, netranya terkunci pada raut pucat pasi dihadapannya. Relungnya sesak dan semakin menyesak. Ia menunduk dan mengambil tangan kanan Lay. Sehun menciumi tangan dingin itu sembari melepaskan satu dua tetes cairan bening dari netranya.

"Hyung, kumohon-"

Terlalu lemas, hanya dua kata yang mampu ia keluarkan. Sebenarnya ia lelah menangis, namun bisa apa? Air matanya akan jatuh jika memorinya terpental jauh pada kenyataan yang sedang ia hadapi.

"Hyung, K-kumohon bangun dan pukul a-aku, Hyung. Aku tidak bisa menjadi adik yang baik untuk kalian" Ia terisak sendirian. Para member mengetahuinya, namun tak seorangpun berani mendekat.

"Biarkan Sehun mengeluarkan semuanya" Begitu titah Junmyeon

"Apa yang harus ku lakukan, H-hyung? Kyungsoo Hyung sudah tau tentang penyakit Jongdae Hyung. Dia kecewa padaku, Hyung"

"A-aku tidak ingin kehilangan sosok Kyungsoo Hyung. Aku takut dia membenciku, Hyung"

Sehun menempelkan tangan kakaknya pada pipinya secara bergantian—seolah-olah, tangan dingin itu menghapus jejak kesedihannya.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang