Chapter 22

892 117 81
                                    


Tengah malam buta tak lantas membutakan kebahagiaan mereka. Tak lantas menghalangi cercah bahagia di wajah mereka. Bagaikan bintang diantara sang penguasa malam, mungkin mereka sedang sebersinar itu. Bagaimana tidak, jemari milik sodara mereka bergerak-gerak. Belum lagi pengakuan Sehun bahwa ia mendengar sepatah kata dari mulut kakaknya yang tertutup rapat. Mereka lupa akan permasalahan dan keributan yang barusaja terjadi. Mereka hanya fokus pada membernya yang diambang kesadaran.

Dokter datang tepat waktu, memeriksa Lay yang sempat menunjukkan pergerakannya. Memanggil nama 'Jongdae' dengan terbata dan setelahnya diam tak bertutur kata. Stetoskop menjelajahi dadanya, mendengarkan detak jantungnya lalu senter kecil menyorot kedua bola matanya. Namun nyatanya, pemuda China itu tak bisa merasakan apapun.

Dokter menggelengkan kepala beberapa kali. Beliau menatap sendu pada raut ceria yang menunggu kabar haru. Dokter berkacamata tebal itu menjadi kaku dan ragu untuk mengumumkan sesuatu. Beliau tak ingin mengacaukan harapan semu.

"D-dokter, kenapa Lay Hyung tidur lagi? Apa dokter menyuntikan obat bius lagi?" Si Maknae yang polos itu bertanya. Sebenernya dia ragu akan pertanyaannya yang sudah jelas jawabannya. Bahwa, ia tak melihat dokter menyuntikan cairan kedalam slang infus kakaknya.

"Dok, Lay Hyung sudah tertidur terlalu lama. Biarkan dia membuka matanya, Dok"

"Maaf sebelumnya, kami sudah memeriksa keadaannya dan kami tidak menemukan kemajuan apapun dari kondisi pasien"

"Tapi, Dok. Lay Hyung memanggil nama Jongdae Hyung. Tangan Lay Hyung juga bergerak" Dokter menghela napas.

"Pasien hanya mengigau. Hal ini sering terjadi pada pasien yang dalam kondisi seperti ini"

Sehun melemas lalu mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berada didekat ranjang kakaknya. Harapannya luntur, begitupun kebahagiaannya. Chanyeol yang berada di dekatnya memegangi pundaknya.

"Kapan Lay Hyung bangun?" Lemasnya tanpa tenaga.

"Kemungkinan pasien untuk hidup sangat kecil. Mengingat masa kritisnya sudah melebihi dua Minggu. Apalagi tanpa sumsum tulang belakang. Pernapasannya mulai terganggu dan nadinya semakin melemah"

"L-lalu A-apa yang harus kami lakukan, Dok?"

"Saya pernah menyarankan untuk mencari pendonor sum-sum tulang belakang, bukan? Apa kalian sudah mempunyai pendonor yang cocok?"

Pertanyaan sang dokter menusuk relung Sehun. Ia membulatkan mata dengan sempurna lalu bibirnya bergetar ria.

"Kami sudah mendapatkannya, Dok! Dokter tentukan saja hari baiknya"

Netra Maknae itu semakin ingin keluar tatkala Baekhyun menampakkan wajahnya dari balik pintu ruangan. Ditambah lagi pernyataan pahit tentang pendonor untuk Lay. Ia tahu pasti siapa orang yang menghinggapi pikiran Baekhyun saat ini.

"Baekhyun, jangan bilang kau benar-benar rela menyuruh Jongdae menyumbangkan sumsumnya"

"Oh, ayolah, Chanyeol. Dia harus bertanggung jawab!" Baekhyun mendekat. "Lay Hyung membutuhkan sumsumnya" lanjutnya.

"H-hyung, Jongdae Hyung sedang s-sakit. Bisakah kalian memikirkannya sekali saja? Kalian salah paham pada Jongdae Hyung. Bukan Jongdae Hyung yang melukai Lay Hyung"

"Tolong jangan jadi monster seperti Jongin, Hyung. Kita cari pendonor lain, eoh" Sehun menjatuhkan air matanya lagi.

"Persetan dengan kondisinya. Kalian tidak seharusnya memanjakannya. Tidak seharusnya membelanya. Salah sendiri menyembunyikan penyakitnya dari kita. Lay Hyung berbaik hati pada kita supaya kita tahu bahwa anak itu hampir mati karena penyakitnya. Namun apa yang dia lakukan pada Lay Hyung? Dia tak tahu di untung. Anak itu tak pantas dikasihani."

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang