Dorm EXO tampak tak memperlihatkan aktivitas apapun. Sunyi dan senyap. Tak seperti biasa yang penuh keributan. Terkait dengan keberadaan mereka, semua member kecuali Kyungsoo dan Jongdae sedang menunggu kabar terbaru dari dokter yang menangani Lay. Sedangkan Kyungsoo dan Jongdae, keduanya memiliki aktivitas sendiri.Selepas menemukan Jongdae yang duduk lemas ditengah jalan, Kyungsoo membantunya untuk berbaring di kasurnya. Kyungsoo benar - benar cemas. Pasalnya, tubuh saudaranya itu bergetar. Dengan isakan kecil yang masih terdengar, Jongdae memalingkan wajah pucatnya dari Kyungsoo. Kyungsoo tidaklah bodoh. Ia tahu jika saudaranya itu sedang dalam kondisi buruk.
Kyungsoo menarikkan selimut untuk menutupi tubuh Jongdae lalu ia menghela napas.
"Jongdae-aah, aku tak ingin melihatmu seperti ini. Kau terlihat buruk" ia berucap lirih.
"Kau harus istirahat. Jangan sampai sakit lagi" lanjutnya. Jongdae tak membalas.
Kyungsoo sama sekali tak ingin meninggalkan Jongdae. Dia bahkan masih berdiri memandangi tubuh yang gemetar itu. Tentang Jongdae yang mendorong Lay, Sehun sudah memberitahukannya. Ia tak percaya itu. Jikapun itu benar, Kyungsoo yakin sekali bahwa Jongdae tak bermaksud buruk.
Agggrrrhhh..
Jongdae meringis kesakitan. Tiba - tiba saja perutnya diremas remas oleh sesuatu yang tak terlihat. Itu terasa sakit sekali.
"A-ada apa, Dae-aah? K-kau kenapa?"
Memegang bahu Jongdae, Kyungsoo memaksa Jongdae untuk menghadapnya. Jongdae menolak. Ia menggeleng dengan keras."Kau ini kenapa? Apa sakitmu kambuh lagi? Dimana obatmu biar ku ambilkan"
"Soo-aah, k-kau pergilah saja. A-aku ingin sendirian"
"Tidak. Aku harus menemanimu. Katakan dimana obatnya"
Jongdae tak menjawab. Kedua tangannya memegangi perutnya kuat - kuat. Kyungsoo panik bukan main. Dilihatnya sahabatnya itu juga mengalami mimisan.
"Soo, pergilah!" Jongdae melirih dengan mata yang terpejam.
Jangan lupa satu hal, diantara seluruh member hanya Kyungsoo yang belum mengetahui penyakit Jongdae. Hanya dia.
Kyungsoo menggeleng. Dia mulai bertindak mencari obat yang rutin Jongdae konsumsi. Ia membuka laci nakas. Ia terkejut ketika mendapati beberapa jenis obat. Bukan beberapa, banyak jenis obat.
"Dae, i-ini banyak sekali. K-kau tidak menyembunyikan sesuatu dari kami 'kan?"
"Soo-aah, kumohon pergilah!" Alih - alih menjawab, Jongdae semakin bersikeras mengusir Kyungsoo.
"Katakan yang mana obatmu?"
"Soo!! Pergi atau aku t-tak ingin berteman denganmu lagi!" Kyungsoo menghentikan pergerakannya. Terkejut sekali lalu dia menatap Jongdae yang masih memejamkan matanya seraya menahan sakit.
"Kau bicara apa?" Kyungsoo melirih lalu mendekati Jongdae.
"Pergilah! Aku ini penjahat. K-kau, k-kau jangan membantu penjahat sepertiku, Soo-aah"
"Jongdae, dengarkan aku. Kau tidak sengaja melakukannya. Kumohon jangan terus menyalahkan dirimu sendiri. Lay Hyung pasti kecewa jika kau seperti ini"
Kyungsoo mengusap Surai Jongdae. Jongdae semakin merasa kesakitan. Pening sekali rasanya, sakit sekali rasanya. Jongdae ingin kalah saja.
"Jongdae? Dae-aah?" Kyungsoo merasa aneh. Kerutan di wajah sahabatnya semakin ketara. Sesakit itulah?
"Soo-aah, t-tolong p-pergilah. K-kumohon" pelan sekali.
Kyungsoo diam mengamati. Pikirnya, Jongdae sedang sangat tertekan atas tragedi yang menimpanya beberapa jam lalu. Jongdae butuh ruang dan waktu untuk menenangkan diri. Tapi rasa sakit yang sangat ketara itu, Kyungsoo bisa meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
September || Kim Jongdae
FanfictionKetika raganya sudah hampir hilang, lengkung manisnya pun perlahan sirna, satu persatu dari mereka termakan berjuta penyesalan. Tidak ada yang bisa dimaklumi atau bahkan di perbaiki lagi. Dan mungkin, ini sudah berakhir.