Sepasang sepatu berjalan beriringan dengan langkah pelan. Sang pemilik tampaknya sedang mengintai sesuatu didalam sana - didalam ruangan luas dengan kaca besar di salah satu sisinya. Ia terlalu cemas akan anak didiknya yang terlalu bekerja keras tanpa mempedulikan kesehatannya. Pikirnya, sesuatu yang buruk akan terjadi pada anak asuhnya - Kim Jongdae.
Dan benar saja. Pintu sedikit terbuka, Minhwak mendapati anak asuhnya yang kesulitan mengambil napas. Dilantai, dengan cairan kental berwarna merah disekitarnya.
"JONGDAE!!" Minhwak berlari menghampiri Jongdae yang sudah terkulai lemas.
"A-apa yang terjadi?! Sadarlah, Kim Jongdae!!"
Jongdae tak merespon saat Minhwak menepuki pipi tirusnya. Matanya tertutup, dahinya mengkerut, napasnya memburu dan suhu tubuhnya mendingin. Namun beruntungnya, Lead Vocal EXO itu masih dalam keadaan setengah sadar.
"Sebentar. H-hyung akan menghubungi ambulan" samar-samar mendengar suara seseorang, Jongdae sedikit merespon.
Jongdae terbatuk kecil, menyemprotkan sisa-sisa darah yang memenuhi mulutnya.
"Jongdae-aah, bertahanlah"
"B-baekhyunnie, B-baek-aah, sa-sakit s-sekali" Pria kelahiran bulan September itu merintih menahan sakit.
"T-tolong a-aku, i-ini demi hhhhh Lay G-ge"
"Maafkan ak- ukhhhhkkk m-maafkan aku, B-baek-aah hhhhhh m-maaf"
Mata yang masih tertutup itu tak kunjung terbuka. Jongdae mengira bahwa Minhwak adalah Baekhyun yang sempat menendangnya beberapa saat lalu. Ia menggerak-gerakkan kepalanya dengan gelisah. Pasalnya orang yang ia mintai pertolongan tak kunjung menyahuti penuturan lemahnya.
"B-baek-aah uukhuhkk!"
"Jongdae, ini bukan Baekhyun. Ini Minhwak. Hyung akan mengabari Baekhyun dan yang lainnya terkait kondisimu"
Mendengar itu, Jongdae bertekad untuk membuka matanya secara berlahan. Walau tak terbuka dengan sempurna, mata muramnya menangkap sosok sang pelatih yang sedang menatapnya dengan kekhawatiran yang berlebihan.
"Hhhhhh M-minhwak h-hyung ukhhuhk" Minhwak mengangguk.
"B-baekhyun hhhhhh d-dimana?" Ia bertanya dengan terbata.
"Kenapa menanyakan keberadaan member dalam kondisimu yang buruk ini, Jongdae-aah. Kita berangkat sekarang kemudian akan ku kabari para saudaramu! Ambulan sudah di depan" Jongdae menggeleng lemah.
"H-hyung" matanya menutup lagi.
"A-aku-, hhhhhhhhh Eomma ukhhhhkkk. J-jangan b-beritahu hhhhh member"
"Hhhhhh H-hyung, a-aku ukhhuhk Eomma hhhh"
Pemuda 'Kim' itu semakin sulit mengatur napasnya. Ucapannya semakin terbata hingga ia tak bisa menyelesaikan kalimatnya. Beruntung, Minhwak mampu menangkap maksud Jongdae dengan cepat. Ia tak banyak bicara lalu ia bersiap untuk mengangkat tubuh kurus Jongdae.
"Baiklah, Jongdae-aah, aku tak akan mengatakan pada member dan tentu saja aku akan menghubungi keluargamu" Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Jongdae tersenyum tatkala pelatihnya mampu menangkap maksud dari ucapannya.
"Bertahanlah, Jongdae-aah"
Minhwak mengangkat tubuh Jongdae lalu dengan cepat berjalan keluar dari gedung agensi. Ia memilih pintu belakang yang jarang sekali dilewati agar tak ada yang mengetahui bahwa ia sedang membawa Jongdae yang sekarat. Dipunggungnya, tanpa ia sadari, Jongdae menyandarkan kepalanya pada bahu Minhwak. Anak itu tak lagi meracau menahan sakit. Anak itu tak lagi berkejaran dengan napasnya. Sepenuhnya, Jongdae kehilangan kesadarannya. Napasnya kian melemah dan Minhwak sama sekali tak mengetahuinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/160756724-288-k34197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
September || Kim Jongdae
FanficKetika raganya sudah hampir hilang, lengkung manisnya pun perlahan sirna, satu persatu dari mereka termakan berjuta penyesalan. Tidak ada yang bisa dimaklumi atau bahkan di perbaiki lagi. Dan mungkin, ini sudah berakhir.