Chapter 16

1.1K 137 111
                                    

Ternyata saya update story' ini. Padahal mah rencananya mau up yang WR :(

Yasudah lah, nggak masalah.

Happy
Reading
_____________

Malam ini sedikit berbeda dengan malam - malam sebelumnya. Diluar sana, di atas sana, sang rinai tengah menyapa manusia bumi. Yang tadinya hanya tetesan kecil air yang terbawa angin, kini menderas hingga menimbulkan suara gemercik khas yang menenangkan hati.

Hujan turun dengan derasnya.

Di musim gugur seperti ini. Tumben sekali.

Pria dengan sweater merah tampak menikmati lantunan hujan dari kamarnya. Ia termenung sembari memandangi tetesan air yang turun dari langit. Jendela kamarnya sengaja ia buka hingga sedikit demi sedikit rinai menerpa wajah piasnya. Pria itu tak bergeming. Hingga saat pintu kamarnya terbuka, ia meninggalkan fokusnya pada rinai.

"Jongdae hyung, ini air dinginnya?"

"Astaga, kenapa jendelanya dibuka? Malam ini suhunya dingin, Hyung. Kau bisa sakit jika kau membukanya seperti itu"

Sehun. Si pria albino yang memiliki kasih sayang besar terhadap para kakaknya. Sehun segera saja berlari mendekati jendela lalu menutupnya dengan segera.

"Hyung, kau ini bagaimana? Apa Hyung ingin kembali tumbang?"

Ia berseru lagi sembari mengunci mata Jongdae dengan netranya. Jongdae tersenyum lembut.

"Ini tidak akan membuatku tumbang, Sehunnie" Jongdae melangkahkan kakinya menuju pembaringannya. Ia terduduk lalu tangannya menarik laci nakasnya dengan gerakan cepat. Jongdae mengambil beberapa butir obat didalamnya.

Setelah pulang dari Rumah sakit, Jongdae merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Perutnya terasa sakit sekali, belum lagi kepalanya yang seperti kejatuhan beban berat. Pusing sekali. Ia sedikit mengerutkan dahinya lalu dalam satu detik, obat-obat itu telah berhasil ia masukkan kedalam tenggorokannya. Setidaknya, ia berharap setelah meminum obatnya, keadaannya akan membaik.

"Hyung" Raut wajah Sehun menjadi sendu.

"Ada apa, Sehunnie? Apa Hyung terlihat menyedihkan dengan obat-obatan ini?" Jongdae memperlihatkan senyumnya lagi. Ia meraih gelas lalu meminum air yang berada didalamnya.

"Bukan itu, Hyung. T-tapi-"

"Kau tak perlu mencemaskan Hyung, Sehunnie"

Sehun menggigit bibir bawahnya. Melihat para membernya terluka menjadikannya sebagai sosok yang lemah. Ia ingin sekali menangis. Ia lemah.

"Hyung, aku tak ingin melihatmu seperti ini" lirihnya namun masih bisa terdengar oleh telinga Jongdae.

Beberapa detik, ada sela kekosongan di ruangan ini. Sehun dan Jongdae terdiam serta terhanyut pada alam pikirannya masing-masing. Jongdae sangat tahu perasaan Sehun. Jongdae tahu Sehun pasti tak ingin melihatnya lemah seperti ini. Namun apa boleh buat. Ini adalah garis hidupnya. Dia ditakdirkan sebagai orang yang lemah. Yang hanya bisa ia lakukan adalah menetralisir mimik wajahnya agar tak begitu tertera saat ia merasa kesakitan.

Udara semakin dingin rasanya. Jongdae menggosokkan tangannya beberapa kali lalu menempelkannya pada kedua pipinya.

"Hyung, apa kau kedinginan?"

Jongdae hanya diam. Ia terus saja mengulang kegiatannya. Ia menggosokkan telapak tangannya lalu menempelkannya lagi pada bagian tubuhnya yang terasa dingin.

September || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang