8

38 4 0
                                    

kamu apa kabar? aku rindu..

* * *


-edited-

Satu tahun sembilan bulan kemudian..

Kakinya bergerak gusar, mencoba menyingkirkan rasa pegal yang menyiksa karena terlalu lama berdiri. Matanya menatap lurus kedepan, dahinya berlabirin seiring matanya yang memicing, silau tertimpa sinar matahari pagi. Dia ada di antara ribuan mahasiswa baru yang berbaris rapi, dihari pertama ospek salah satu universitas negri ternama di Bandung

Panitia mengumumkan upacara pembukaan akan segera dimulai. Cewek yang berdiri di samping kanan mencolek tangannya.

"Hei, anak sastra juga?" Dia mengangguk.

"Kamu dateng dari jam berapa?"

"Jam tujuh kurang lima belas"

"Oh, aku dari jam setengah enam dong. Eh btw, aku Aruna, tapi panggil Una aja"

"Kinanti, kamu bisa panggil aku Inong"

"Heh kalian! Jangan ngobrol! Perhatiannya tetap ke depan!"

Dih!! Panitia sok galak!!

Selayaknya ospek, baginya, ga ada cerita istimewa. Isinya cuma seksi keamanan keselek toa yang sok tegas dan sok galak. Gerombolan seksi kesehatan yang nanya 'ada yang sakit ga?' setiap jam. Juga gerombolan maba justice warior/barisan senior pembela maba, yang sok baik dan kerjaannya tebar pesona.

Ga ada yang istimewa kan?! Cuma bikin badan pegel-pegel doang! Baru hari pertama loh ini, udah ngeluh aja. Lah emang kenyataan.

Waktu mendadak jadi melambat kalo lagi begini, andai saja ospek bisa di skip. Sialnya ga bisa, karena sertifikat keikut sertaan ospek adalah salah satu syarat untuk bisa mengikuti sidang skripsi, nanti.

Tapi, apa iya, harus pake atribut ribet begini? Tali sepatu dari tali rafia, tas karung tepung dengan tali rafia, topi dari besek berhiaskan tali rafia, name tag dari sterofom yang digantung dileher dengan tali rafia dan rompi rumbai-rumbai yang lagi-lagi terbuat dari tali rafia.

Ini mau ospek apa parade?! Ini konon katanya, ospek yang go green back to nature, jadi harus pakai barang daur ulang. Inong mengomel dalam hati, saking emosinya, dia sampai meremas bungkus roti yang menjadi bekalnya. Cewek bernama Una menyadarkan Inong dengan menepuk pundaknya.

"Kesel sih kesel, non. Jangan di bejek-bejek juga dong tu rotinya. Kan sayang"

"Eh, maap" Inong mengerjap, sedangkan Una tertawa.

"Kamu orang mana sih?"

"Bandung, kamu?"

"Ooh.. Aku mah dari Sukabumi, jadi kita bisa ngobrol pake bahasa sunda atuh ya" Inong cuma bisa mengangguk sambil nyengir. "Baguslah"

"Waktu istirahat lima belas menit lagi, masih ada waktu untuk solat, bagi kalian yang mau solat" pengumuman itu berasal dari toa yang ditenteng panitia seksi acara.

"Kamu ga solat?"

"Lagi ngga"

"Eh sama, tapi kayanya kita harus ke wc. Ganti itu"

"Yaudah bareng aja"

Ternyata mau pake wc aja antri dan berdesakan. Una yang berdiri di belakang Inong, oleng, terdorong oleh maba lain yang masuk ke dalam antrian. Menciptakan efek domino dan menyebabkan antrian manusia itu saling menghantam satu sama lain. Tidak terkecuali Inong, dia menubruk punggung orang yang berdiri di depannya.

My Favorite DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang