30

39 4 0
                                    

tonight, we rise!

* * *


-edited-

Pas lagi emosi-emosinya, si pacar malah mengeluh kelaparan. Ipang berdecak, terlihat sekali kalau dia kesal. Inong melakukan itu bukan tanpa alasan, dia memang sengaja menghindari pertikaian.

Males lah, gila! Lagi cape begini kudu ribut-ribut ga jelas, mending buru-buru balik, makan terus molor!

Wajah Ipang sudah ditekuk sejak tadi malam, bahkan sampai hari ini.

Pagi sekali, sebelum Inong dan Aan bangun dari mimpinya masing-masing, Ipang sudah berdiri di samping bapak. Membantu calon mertuanya itu memandikan dua tekukur kesayangannya. Bapak dan ibu sampai heran sendiri dengan kedatangan Ipang sepagi itu.

"Kamu mau ajak Inong ke mana? Ko datengnya pagi banget?" Pertanyaan bapak membuat Ipang terkesiap.

"Eehm.. Gimana maunya Inong aja pak, mau di rumah aja juga gapapa"

"Yaudah tunggu anaknya bangun aja. Kalau libur mereka biasanya bangun agak siang, terus langsung jajan"

"Ga mandi dong pak?"

"Mandinya dirapel, tar sore" jawaban bapak membuat Ipang nyengir geli.

Suara ribut-ribut dari arah dapur membuat Ipang dan bapak menghentikan kegiatannya. Keduanya kompak menghampiri dapur, mencari tahu sumber keributan itu.

"Kalian ini rebutan terus, siga budak leutik wae!" Omelan ibu terdengar, "ibu bikin banyak itu, gausah rebutan!"

"Yang itu masih panas bu, mau yang udah agak dingin"

"Enak aja, siapa cepat dia dapat! Wlee! Tuh kamu makan aja yang itu"

"Ga! Mau yang itu. Siniin ga?!"

"Heh.. Heh.. Heh.. Kalian ini udah gede, masih aja rebutan makanan!"

"Tau nih pak, padahal kan tinggal dikipasin gorengannya biar ga panas, ini malah rebutan"

Tawa geli Ipang tertahan, terpaksa dia sembunyikan karena sejak tadi, sepasang manik coklat milik sang pacar mendelik tajam ke arahnya. Inong melepaskan tangannya dari pisang goreng yang jadi objek rebutan dengan Aan. Kehadiran Ipang sepagi ini lebih menarik perhatiannya.

"Dateng jam berapa?"

"Em.. Jam tujuh, mungkin.."

"Ipang datang waktu bapak lagi ngelap mobil" bapak menyambar obrolan mereka.

Mata Inong membelo, "pagi banget, ada apa?"

"Gapapa, pengen aja.. Ga boleh?"

"Hmm.." Inong memicingkan mata belonya, menatap Ipang penuh selidik, "yakin, ga ada apa-apa? Atau, ada hubungannya sama yang tadi malem?"

"Iya sih" gumam Ipang tanpa sadar, "eh, bukan! Maksudnya--" kata-kata Ipang menggantung begitu Inong menginterupsi dengan tangannya.

"Jawaban pertama udah kekunci, ga bisa diralat"

"Kalian lagi cerdas cermat?" Aan nimbrung.

"Paan si kang bandros! Ikut-ikutan aja!"

"Mana ada tukang bandros ganteng begini" dasar Aan narsis.

"Pret!"

"Mau bapak kasih sangkur ga, hiji ewang biar tambah seru gelutnya?"

"Bapak!" Ibu, Aan dan Inong kompak melototin bapak, alih-alih takut, bapak malah ketawa.

My Favorite DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang