22

23 5 0
                                    

masa lalu saya adalah milik saya
masa lalu kamu adalah milik kamu
tapi masa depan adalah milik kita
-B. J. Habibie-

* * *


-edited-

Dengan langkah riang Inong berjalan keluar rumah. Hari pertama kuliah, membuatnya tidak sabar untuk bertemu Una dan Celo. Tangannya sudah membawa helm yang biasa dia gunakan ketika dibonceng Aan. Tapi sesampainya di depan rumah, motor Aan sudah hilang, digantikan mobil mungil berwarna kuning.

"Hei, liat Aan?" Inong menyapa si pemilik mobil yang bersandar santai di pilar teras.

"Udah berangkat, mau jemput Pipit katanya" Inong langsung lemas, "pacarnya ga disapa ini? Ga dikasih morning kiss? Sengaja dateng pagi-pagi mau jemput loh"

"Halo pacar, nih morning kiss" Inong menempelkan roti selai keju ke mulut pacarnya itu.

"Noooong!" Rengek Ipang.

Dia lalu menarik Inong agar mendekat padanya dan sebuah kecupan singkat mendarat mulus di bibir Inong. Inong bereaksi seperti biasanya, melotot, lalu memukul ringan bagian tubuh Ipang yang terjangkau tangannya. Bibirnya maju beberapa centi, bersiap memberikan kuliah pagi untuk Ipang. Tapi belum sempat memberi kuliah, mulutnya kembali dibungkam oleh bibir Ipang.

"Dasar tukang nyosor!" Inong protes setelah berhasil mendorong tubuh Ipang menjauh.

"Udah sarapan sayang?"

"Ini kan lagi sarapan" jawab Inong sambil mengunyah rotinya, "kamu, udah?"

"Belum"

"Aku bikinin ya, rotinya mau pake selai apa?"

"Sarapan kamu aja" Ipang hendak mengecup Inong lagi, tapi Inong berhasil menghindar.

"Ipang, kita ini di teras"

"Terus?"

"Nanti ada yang liat!"

"Kalo gaada yang liat?"

"Ihh! Udah ah, ayo berangkat!" Tawa Ipang berderai.

Sesampainya di kampus, Inong berjalan lebih dulu, matanya mencari dua sosok mahluk kasat mata diberbagai sudut gedung fakultas. Ketemu! Inong berlari menghampiri mereka berdua. Ketika mereka bertiga mengobrol, suara berat seorang cowok menginterupsi.

"Kabarin kalo udah mau pulang ya" Ipang menyapa Una dan Celo dengan senyuman, dia mengusap kepala Inong sebelum pergi.

"Apa itu tadi?" Celo bingung. "Cerita!"

Inong meringis mendengar kalimat Celo, untunglah perkuliahan belum efektif, jadi mereka bisa melipir ke kantin babeh. Di sana, Inong menceritakan semua cerita yang belum sempat dia bagi dengan kedua sahabatnya itu, cerita cintanya.

"Kaya sinetron aja" gumam Una.

"Kan? Makanya rada ragu buat cerita, takut disangka lagi bikin tugas mengarang fiksi Bahasa Indonesia" seloroh Inong.

"Tetep aja, harusnya kamu cerita dari dulu, Belenong!" protes Celo. "Kita selalu cerita semuanya sama kamu, masa kamu ngga? Kamu masih nganggep kita sahabat kan?"

"Iya, maap, Cel. Tadinya aku nunggu kalian nanya aja, baru mau cerita"

"Ya jangan gitu lah! Cerita, ya cerita aja"

"Iya, siap, Cel"

"Trus sekarang masih sedih ga, Nong?"

"Mudah-mudahan, ngga ya, Na"

My Favorite DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang