18

24 5 0
                                    

and i can't help myself, all i wanna hear her say is, are you mine? are you mine?

* * *


-edited-

"Gimana perasaan kamu, setelah denger lagu tadi.." Inong menelan ludahnya, gugup. "I really mean it, Nong, every word.. Aku beneran sayang sama kamu.." dari dulu, sampai sekarang.. "Jadi?"

"Jadi..??" Inong tersenyum samar mendengar helaan nafas Ipang. "Mending berhenti dulu deh"

Ipang menurut dan meminggirkan mobilnya, padahal rumah Inong sudah dekat.

"Jadi?" Ipang memutar badannya, menatap Inong

Inong membalas tatapan Ipang, sambil tersenyum dia bilang "maap kalau kedengeran klise, tapi kayanya aku butuh waktu.."

"Kamu ga yakin?"

"Ga yakin sama perasaan aku tepatnya.." Ipang bergeming. "Bukan--"

"Berapa lama?" Mata Inong membulat, dia tidak percaya Ipang akan menanyakan itu dan sekarang dia bingung harus menjawab apa.

"Butuh waktu berapa lama, Nong?" Inong masih bungkam. "Boleh aku nanya lagi?"

"Nanya mulu"

"Apa kamu suka sama aku?"

Mata mereka saling menatap dalam, Ipang menyelami manik coklat milik Inong. Mencoba mencari sesuatu di sana, berbeda dengan Inong yang bisa dengan mudah menemukan ketulusan di manik hitam Ipang.

"Aku belum yakin.." Ipang membuang nafas yang tanpa sadar dia tahan sedari tadi, kemudian dia mengubah posisi duduk kembali menghadap setir.

Inong menyesali perkataannya ketika melihat perubahan sikap Ipang. Tapi dia tidak bohong, dia betul-betul belum yakin dengan perasaannya. Satu sisi Inong tidak ingin membuat Ipang terlalu berharap tapi di sisi lain, dia juga tidak mau kehilangan Ipang. Kedengaran egois bukan, tapi Inong merasa nyaman berada di dekat cowok ini.

"Kamu bilang apa?" Inong tersadar, dia menoleh dan mendapati Ipang menatapnya dengan mata berbinar.

"E emang aku bilang apa?"

"Kamu bilang nyaman di deket aku?"

"Did I say that?"

"Ya ga tau, makanya aku nanya"

"Em.. Itu.." Inong menghela nafas. "Ya kalau ga nyaman, pasti aku udah nolak, kamu ajak jalan. Aku cuma belum yakin bisa bales perasaan kamu atau ngga"

"Aku bantuin ya? Biar kita bisa tetap deket"

"Ko maksa?" Inong tersenyum tapi Ipang terlihat serius.

"Aku ga peduli" tegas Ipang.

Ya, dia sudah tidak peduli, dia akan melakukan segalanya, mengemis sekalipun. Dia tidak mau kehilangan cewek ini, tidak lagi. Mendengar jawaban tegas dan wajah serius Ipang.

Bukan waktu yang tepat buat bercanda, Nong! batinnya.

"Ok.." gumam Inong.

"Ok? Apanya?" Ipang tidak percaya dengan pendengarannya.

"Kalau itu yang kamu mau"

"Ko kedengeran terpaksa ya?"

"Ish, yaudah kalau ga mau" Ipang tertawa.

"Kamu becandain aku duluan, tadi"

"Iya maap"

Kemudian mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ipang sendiri sedang bingung, Inong tidak menerima tidak juga menolak. Jadi, dia harus senang atau gimana?

My Favorite DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang