28

22 5 0
                                    

oh you.. successfully tore my heart,
now it's only pieces..
oh, nothing left but pieces of you..

* * *

-edited-

Lovey doey-nya cukup dua chapter dulu ya, kapan-kapan kukasih lagi, kalo inget.

"Tapi ga harus segitunya juga kan perhatiannya.." Ipang manyun, Inong memutar bola mata, jengah.

Ipang dan Barto yang baru datang setelah mengantar kang Yon, terlihat heran mendengar kalimat Ipang.

"Kenapa sih?" Ipong menghampiri Ipang.

Inong cuma diam menghela nafas lelah, Barto bertanya dengan kode tatapan pada Inong.

"Nong?" Pertanyaan Ipong berpindah kepada Inong.

Ipong dan Barto menatap sejoli itu bergantian, Inong masih diam, tidak mau menjawab rasa penasaran mereka, tapi Ipang mulai misuh-misuh.

"Ngapain kang Yon ke sini?" Gumam Ipang.

"Ngasih kerjaan" jawab Ipong, tatapan serius Ipang seketika berubah menjadi konyol.

"Kerjaan?"

"Iya, kita dapet dua kontrak sama Coffee House.." Ipong menjawab sambil memakan menu sarapan kesiangannya. "Home band Coffee House tiap jumat sabtu, sekaligus brand ambassador label barunya"

Seketika Ipang mengalihkan tatapan kepada cewek satu-satunya di ruangan itu. Inong membalas tatapan Ipang, lurus dan menusuk. Mati gw!

Baru hari pertama di tahun yang baru, Ipang sudah berulah. Mendahulukan emosi tanpa mau mendengar penjelasan terlebih dahulu. Lihat hasilnya sekarang, Inong ngambek! Teman-temannya cuma bisa menertawakan nasib Ipang tanpa bisa membantu. Salah sendiri, terlalu cemburuan.

Inong tidak banyak bicara pada Ipang, kalaupun cowok itu bertanya, Inong hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala. Dan sekarang dia menghindari Ipang, menyendiri di pantai, ditemani sebungkus rokok. Seperti memanfaatkan situasi, Mawan menghampiri Inong, mengajaknya bicara.

Tapi Mawan sadar, Inong sedang kurang bersahabat. Cewek itu lebih sering menatap kosong ke arah pantai daripada menanggapi obrolannya. Atau sesekali meneriaki Una yang sedang bermain pasir bersama Ello. Karena, entah kenapa kecemburuan Ipang kali ini, membuat Inong memikirkan hal yang lain.

Sementara itu, Ipang dimarahi habis-habisan oleh Ipong. Aan cuma diam, antara mau marah tapi pikaseurieun oge, jadi no comment dulu lah. Lalu Pipit memberi nasehat yang menyejukkan. Bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dan menurut Pipit, kecemburuan Ipang sudah berlebihan.

Ipang pun mencari Inong, bermaksud untuk meminta maaf, tapi dia malah menemukan Inong sedang duduk bersama Mawan. Langkah Ipang terhenti, rasa cemburu kembali menguar di dadanya. Matanya menatap nyalang punggung Inong.

Tahan, Pang.. Tahan.. Lu mau minta maaf, bukan nambah masalah.. Ipang merapalkan kalimat itu di hatinya.

Bersamaan dengan langkah Ipang menuju Inong, sepasang tangan menggapai lengannya. Dengan cepat mendekap lengan Ipang merapat ke dadanya, terlalu dekat tidak ada jarak. Cewek ini lagi, mahluk yang paling Ipang hindari, kini bergelayut manja di lengannya. Mata Ipang membulat, kaget dan kesal.

"Kang Ipang.. Mau kemana?" Tanya cewek itu, dengan nada bicara yang nyaris membuat Ipang muntah.

"Lepas?!" Bentak Ipang tegas, sialnya, dekapan cewek ini semakin kuat, Ipang bahkan bisa merasakan kuku cewek itu menancap di kulitnya.

My Favorite DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang