18

724 15 0
                                    

Aliya pov

Mobil yang ku tumpangi masih terus melaju dengan kecepatan tinggi. Pria di samping ku yang memegang kemudi sesekali memberikan ku kalimat-kalimat yang mampu menenagkan ku. aku berusaha melihat wajahnya namun tetap tak terlihat jelas di pengelihatan ku.

Suara tembakan mengalihkan fokus ku hingga aku memusatkan kembali pandangan ku pada mobil yang sejak tadi kami ikuti. Aku tak tau kenapa kami mengikuti mobil itu dan juga adanya aksi saling menembak saat ini namun perasaan ku mengatakan salah satu mobil yang melaju dengan kencangnya di depan sana terdapat orang yang sangat berarti bagi ku.

Banyak suara tembakan tak dapat lagi ku hitung. Pria di samping ku melemparkan sesuatu ke arah mobil di depan kami dan seketika mobil-mobil itu kini berubah menjadi kobaran api. Walau aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas tapi sepertinya ia tak menyesal melemparkan bahan peledak itu.

Kami melewati mobil yang terpakir dengan kobaran api itu dan di kejauhan ada sebuah mobil yang tetap utuh. Seorang pria paruh baya keluar dari mobil itu dengan luka di beberapa bagian tubuhnya.

"ayah" kata itu terucap begitu saja. Aku segerah keluar dari mobil yang belum berhenti sepenuhnya dan berlari menujuh ayah ku. ya dia ayah ku. aku ingat saat ini pria itu memang ayah ku.

Ayah tersenyum melihat ku yang berlari ke arahnya. Ia merentangkan tanganya seakan ingin meyambut ku dalam pelukannya. Namun

BRUUUKKK

Sebuah mobil yang muncul dengan tiba-tiba dari belakang menghantam tubuhnya. Membuat tubuhnya terlempar cukup jauh dari posisi awal ia berdiri

"ayah...ayahh...ayah" aku terus berteriak sambil berlari ke arahnya. Kini tubuhnya berlumuran darah. Aku bahkan tak dapat merasakannya bernapas.

"ayaahh" teriak ku histeris tak ingin menerima kenyataan ini. Sedangkan pria yang bersama ku hanya melihat sambil menggengam erat pistol di tangannya.

"ayah"

"ayaaah"

==

"ayaah"

Nafas ku masih tak beraturan seakan aku baru saja berlari ribuan kilo jauhnya. Ruangan serba putih dengan bebauan obat yang khas menyadarkan aku akan keberadaan ku saat ini. Salah satu tangan ku di infus dan kepala ku terasa sangat sakit.

Aku ingat saat terakhir kali aku bersama dengan arjun. Ruangan ini kosong. Hanya ada aku. Lalu kemana arjun. Apa jangan-jangan ia juga terluka bahkan lebih parah dari ku. bayangan arjun yang menembaki orang-orang itu terus berputar di kepala ku semakin menambah rasa sakitnya.

"aakkkhhh" erang ku sambil memegangi kepala ku. aku bahkan menarik rambut ku sendiri agar dapat mengurangi rasa sakit ku.

"kamu sudah bangun?" arjun menurunkan tangan ku dengan lembut "apa yang kamu rasakan hm" matanya memancarkkan kekhawatiran

"dari mana kamu masuk sejak tadi aku tak melihat mu disini. Aku juga tidak mendengar suara pintu terbuka"

"aku dari kamar mandi sayang. Kamu mungkin tidak mendengar suara pintu terbuka karena kamu berteriak tadi" arjun merapikan helaian rambut ku yang berantakan "apa kamu merasa lebih baik sekarang?"

"kepala ku sakit" jawab ku jujur

"aku akan memanggil dokter" arjun mengecup puncak kepala ku kemudian menekan tombol di dekat ranjang ku

"arjun mengenai kejadian yang.."

"kamu harus beristirahat sayang. Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting"

"kenapa kamu selalu menghindari pertanyaan ku tentang kejadian yang aku alami sejak aku bertemu dengan mu"

"aku akan menceritakan semuanya jika waktunya sudah tepat"

"aku ingin sekarang"

Arjun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya ia sedang menahan amarah terlihat dari rahangnya yang menegang dan tanganya yang terkepal kuat.

TBC

JANGAN LUPA VOMENT YAA

SECRET OF MY LIFE (END)Where stories live. Discover now