08 Egois Untuk Bahagia?

1.1K 85 0
                                    

~

Gadis yang masih setia menutup mata selama beberapa jam bergerak tak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang masih setia menutup mata selama beberapa jam bergerak tak nyaman. Untuk kesekian kalinya, ia mengalami mimpi buruk. Ayesha seperti terbangun di tubuh seorang perempuan yang pakaiannya dilucuti oleh beberapa preman yang membuatnya bergidik ngeri.

"TIDAAKKK!" teriaknya yang membuat Zidna tergelonjak kaget.

Segera, ia menghampiri putrinya yang terlihat pucat karena ketakutan. Ia memeluk dirinya dan memeriksa pakaiannya yang masih utuh. Pandangannya langsung beralih menatap sang ibunda yang memasang wajah khawatir.

"Kamu gak apa-apa, nak?" tanya Zidna. Tangannya pun mengambil gelas berisi air diatas nakas. "Minum dulu, yah."

Ayesha meneguknya hingga tandas. Dalam mimpinya, ia berlari. Bahkan rasa lelahnya berlari masih terasa sampai dunia nyata.

Zidna duduk di tepi ranjang sembari mengusap keringat di dahi putrinya dan memperbaiki rambut Ayesha yang berantakan. Gadis itu sontak memeluk Bundanya dengan erat. Tubuhnya bergetar ketakutan.

"Bun, Echa mimpi buruk lagi." Lirihan itu terdengar memilukan di telinga Zidna. Sebisa mungkin ia menahan tangis yang ingin pecah diwaktu yang sama.

"Kan cuma mimpi, nak."

"Echa jadi takut tidur, Bun."

Wanita paruh baya itu melepas pelukannya. Ia menangkup wajah putrinya. "Sayang, gak apa-apa. Kan ada Bunda, Ayah, Abangmu juga ada buat jagain kamu. Jangan takut, yah!"

"Ta-tapi, Bun. Echa bingung. Kenapa Echa sering banget mimpiin cewek itu?"

Zidna mengulas senyuman miris. Ia tidak tau harus menjawab apa saat pertanyaan itu terlontar begitu saja dari lisan putrinya.

"Kayaknya karna kamu sih sering baca novel atau nonton drakor. Makanya pikiran kamu jadi aneh gitu nak," alibi Zidna.

Ayesha hanya ber-oh ria. Sebenarnya aneh kalau karena dua hal itu ia bisa bermimpi buruk. Apalagi mimpinya tidak pernah berubah.

Detik selanjutnya ia baru menyadari keberadaannya di rumah. "Eh, kok bisa Echa di rumah? Bukannya tadi lagi di kampus sama-"

Tiba-tiba wajahnya mendadak murung mengingat kejadian tadi bersama Naila. Apakah hubungan antara adik dan kakak yang selama ini keduanya bangun akan berakhir karena persoalan cowok yang tidak punya pendirian itu? Kalau boleh jujur, kejadian tadi itu sangat menyakiti Ayesha. Secara tidak langsung, hubungan Ayesha dan Naila selama ini tidak berarti apa-apa bagi Naila.

GoodBye, Memories! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang