Sehun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Wendy yang sedari tadi tidak berhenti berceloteh sembari menggulung lelehan keju pada iga pedasnya. Dengan bibir yang sudah nampak merah dan membengkak akibat kepedasan gadis mungil itu masih bersemangat bercerita tentang pekerjaan-pekerjaannya sebagai F&B clerk selama seminggu terakhir. Bahkan Sehun harus akui, ia sedikit tidak menyangka dengan sikap Wendy yang sangat jujur mengakui betapa tidak nyamannya dengan Yuri yang kerap mengintimidasinya.
"Chef, kau tidak akan membiarkanku memakan semua iga ini sendiri, bukan?" Gurau Wendy setelah menegak segelas air es untuk meredakan rasa pedas di mulut dan panas di telinganya.
"Aku tidak keberatan kalau kau ingin menghabisinya."
"Itu bukan poinnya chef! Maksudku aku adalah seorang wanita, bagaimana bisa aku makan membabi buta seperti itu? Lagipula kita datang kesini karena pilihanmu dan memenuhi janjiku padamu, lalu apa artinya kita kesini jika kau hanya mendengarkan ocehanku?"
"Percayalah aku senang mendengarmu mengoceh seperti tadi."
Wendy yang merasa malu dengan ucapan blak-blakan Sehun justru menjadi salah tingkah dan malah menyuap bumbu pedas pada iga tersebut. Alhasil, telinganya menjadi super panas hingga ia harus memesan sekotak susu pada pemilik restoran. Sehun yang menyaksikan kekonyolan Wendy hanya tertawa gemas.
"Chef, aku penasaran akan sesuatu," Ucap Wendy begitu rasa panas di telinganya lenyap. Detik itu jantungnya mendadak berdegup kencang. Ia sudah lama ingin membicarakan ini dengan Sehun.
"Apa?"
"Apa kau tahu jika kita pernah bertemu sebelum aku bergabung dengan The Goryeo?"
Sehun mengernyitkan dahi lalu melipat kedua tangannya di atas meja.
"Benarkah? Dimana?"
"Aku dengar dari orang-orang di hotel kalau sebelum bergabung dengan The Goryeo kau tinggal di Paris, jadi aku cukup percaya diri itu dirimu."
Sehun kini nampak sungguh-sungguh berpikir, mencoba mencari Wendy dalam ingatannya selama di Paris.
"Sepertinya ingatanku sangat buruk, bisakah kau membantuku?."
"Apa kau ingat dengan toko kue bernama Le Beurre?"
"Le Beurre?" Tanya Sehun balik setelah mendapat penerangan dari Wendy "Itu adalah toko kue langgananku, apa kita pernah bertemu disana?"
"Earl grey macaron dan satu brown sugar cinnamon latte tanpa espresso....."
Kini Sehun terdiam memandang dalam Wendy yang baru saja menyebutkan sesuatu yang tentu tidak asing baginya. Minuman dan kue favorit yang hampir setiap hari menjadi pilihan pagi harinya.
"Biasanya aku kerja dibelakang menyiapkan kue-kue untuk etalase tapi hari itu temanku, Madeleine, yang bertugas sebagai kasir tidak bisa datang karena sakit. Madeleine menelepon dan memintaku menyiapkan Earl grey macaron dan satu brown sugar cinnamon latte tanpa espresso untuk pelanggan regulernya, dan ya kita bertemu hari itu. Siapa sangka kita akan bekerja di tempat yang sama di Korea?"
Wendy tentu tidak sepenuhnya jujur. Ia menyembunyikan fakta bahwa semenjak hari itu ia rajin bertanya kepada Madeleine mengenai Sehun dengan alasan sama-sama orang Korea dan pekerjaan pria itu yang merupakan Chef. Dan tentu saja, dengan kemampuan stalking-nya ia mendapat informasi bahwa Sehun dipilih menjadi Sous Chef di The Goryeo di Seoul. Hal ini lah yang mendorong Wendy untuk kembali ke Korea setelah bersembunyi di Amerika dan Perancis selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, ucapan Wendy sukses membuat pria itu terpana. Sedikit tidak percaya bahwa ketika ia masih di Paris ia sudah bertemu dengan gadis yang selama ini menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Princess
RomanceIncognito. Mungkin itu adalah kata terbaik untuk mendeskripsikan hidup seorang Wendy Son. She's living her best of both worlds! Satu waktu ia adalah pâtissier ceria yang hobi menghabiskan waktu dengan teman-temannya, di sisi lain dia adalah the...