19 - I don't like to share!

1.7K 223 13
                                    

"Kau benar-benar membuatnya sendiri?"

Nyonya Choi tidak bisa menyembunyikan kegembirannya ketika ia membuka toples kaca terisi penuh dengan kepiting kecap asin fermentasi yang dibawa menantunya. Bahkan dengan tidak sabar wanita paruh baya itu memindahkan seekor kepiting ke atas piring, mengisi cangkang kepiting dengan sesendok nasi kemudian menyuapkannya kemulut bersama saus kecap asin yang merendam kepiting.

"Tentu saja, bukankah aku sudah berjanji pada ibu?"

"Ini sangat enak. Kau membumbuinya dengan sangat baik. Rasanya bahkan lebih enak dari kepiting yang biasa aku pesan di restoran favoritku."

Nyonya Choi berkomentar dengan penuh semangat dengan kedua tangan yang sangat aktif menggeledah cangkang kepiting untuk memastikan tidak ada daging kepiting yang terlewatkan olehnya.

"Benarkah? Aku senang ibu menyukainya."

"Siwon pernah bilang jika ia selalu makan dengan baik semenjak tinggal bersamamu. Ia juga mengatakan masakanmu sangat enak dan selalu membuatnya penasaran tiap harinya. Hari ini aku yakin ucapannya memang benar dan bukan sekedar membelamu."

Siwon bilang begitu?

"Tiba-tiba hari ini aku merasa iri dengan putraku karena selalu bisa menyantap masakanmu."

Tawa Wendy pecah seketika mendengar gurauan Nyonya Choi yang menurutnya lebih terdengar sebagai keluhan. Wajah wanita paruh baya itu benar-benar serius saat mengungkapkan gurauannya itu hingga Wendy dibuat gemas olehnya. Sebagai orang yang pernah bekerja di dapur, salah satu kebahagiaan Wendy adalah dapat menyaksikan orang menikmati makanannya, dan tentu saja melihat reaksi berlebihan mertuanya itu adalah hiburan tersendiri baginya.

"Bukankah aku sudah bilang, aku akan membuatkan ibu makanan lebih sering. Hubungi aku jika ibu ingin sesuatu." Jawabnya sambil menopang dagunya dengan jari yang ia tautkan, masih mengamati sang ibu mertua yang menikmati kepitingnya.

"Ah, bukankah Siwon sedang di Jeju? Mengapa kau tidak ikut dengannya?"

Wendy berusaha sebaik mungkin untuk menjaga eksresinya agar tidak berubah canggung. Bagaimanapun juga di mata mertuanya kehidupan pernikahan mereka terlihat normal dan Wendy tidak memiliki rencana untuk menunjukkan kenyatannya.

"Itu urusan pekerjaan, aku hanya akan merecoki jika aku ikut."

"Kau tidak bosan di rumah sendiri?"

"Aku bahkan tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama selama di Paris, tentu saja itu bukan masalah besar."

"Tapi ini berbeda, Wendy. Dulu kau tinggal sendiri karena keadaanmu sudah memformatmu sedemikian rupa tapi saat ini kau sudah terformat tingal bersama orang lain, sedikit tidak kau akan merasa kosong."

"Apakah menurut ibu begitu?"

"Seharusnya kau ikut, kau bisa sekalian berbulan madu dengannya." Kali ini Wendy kembali tertawa canggung.

Topik ini lagi....

"Bagaimana mungkin bisa berbulan madu jika agenda bisnis Siwon Oppa di Jeju sangat padat?"

Nyonya Choi tersenyum jahil lalu mendekatkan dirinya pada Wendy.

"Wendy, ibu tidak bermaksud untuk mendidikmu menjadi menantu yang suka pamer tapi sepertinya kau lupa suamimu itu bukan sekedar general manager tapi juga salah satu pewaris dan komite eksekutif grup Baekje." Oceh Nyonya Choi sementara Wendy hanya diam bergeming.

"Jadi bagaimana, kau akan ke Jeju?" Tanya Nyonya Choi degan sendok yang ia gunakan untuk menunjuk pada Wendy.

"Aku? Tapi aku harus bekerja bu. Aku tidak bisa—

The Secret PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang