46

1.8K 177 35
                                    

Mark tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekati Sana, "oraenmaniya, Sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekati Sana, "oraenmaniya, Sana." Ucapnya dengan senyumnya.

Senyuman yang membuat Sana benar2 ketakutan dan bergegas berjalan mundur menjauhi Mark.

Dahyun menatap Sana yang gemetar ketakutan bingung. Sedetik kemudian ia tersadar, cowok di depannya ini adalah orang paling berbahaya sedunia. Mantan pacar Sana. Mark.

Dahyun ikut mundur dan melindungi Sana.

"Jangan mendekat! Kami akan teriak!" Seru Dahyun memperingatkan Mark yang terus melangkahkan kakinya mendekat.

Mark tersenyum dingin. "Mau teriak? Teriak saja." Tantangnya dengan senyum yang lama kelamaan terlihat benar2 menakutkan.

Dahyun menelan ludahnya. Sial. Dibalik wajah tampannya, cowok didepannya ini benar2 seorang psyco! Dahyun benar2 tak tahu harus berbuat apa. Sementara jarak diantara mereka semakin dekat.

Punggung Sana sudah menyentuh dinding. Membuat dirinya berhenti melangkahkan kakinya mundur. Sudah tidak ada tempat lagi untuk menghindari dari Mark. Mereka benar2 terkepung!

Mark terus tersenyum kemudian menghentikan langkah kakinya. Ia menjulurkan tangannya dengan tatapan mata lurus kepada Sana.

"Kemari, Sana." Panggilnya.

Dahyun menoleh kepada Sana yang ketakutan dan menggeleng keras. "Jangan!"

Mark berdecak. Wajahnya jelas tak suka mendengar apa yang barusan Dahyun katakan. Tatapan matanya beralih dari Sana ke Dahyun. Tatapan yang kelam. Membuat kaki Dahyun benar2 lemas.

Mark merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah pisau lipat. Kedua cewek itu benar2 lemas melihatnya. Apa yang akan dilakukan Mark?! Apakah cowok itu akan....!!!

Mark tersenyum dingin, "kau berani menghalangi aku?" Tanyanya berjalan maju selangkah.

Membuat Dahyun dan Sana benar2 ketakutan setengah mati. Mark, memainkan pisau lipatnya kemudian mengangkatnya tepat di wajah Dahyun.

"Mau mati?" Tanyanya dengan suara rendah yang benar2 membuat Sana dan Dahyun ingin menangis saking ketakutannya.

Pandangan Mark beralih kepada Sana, kemudian tersenyum. Masih dengan mata yang memancarkan kedinginan.

"Kau mau datang padaku sendiri, atau aku yang menjemputmu?" Tanyanya benar2 mengintimidasi.

Sana hanya diam. Kakinya benar2 lemas. Ia tahu betul Mark tidak akan segan2 melukai Dahyun hanya untuk menjemputnya. Membuat Sana ikut dengannya.

Sana benar2 ketakutan. Ia mulai menangis. Terisak. Dengan tubuh gemetaran. Padahal besok ia akan terbebas dari Mark. Semua rencananya sia2. Kenapa Mark harus muncul sekarang?!

New ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang