Kejadian mengejutkan yang dialami keduanya tentu menimbulkan masalah baru antar kedua belah pihak. Melanie tahu siapa kelompok itu? Mereka adalah kelompok pemuda pengikut sekte aneh yang selalu berkeliaran di jalanan. Meski belum pernah terdengar kejahatan mereka, namun warga setempat memilih menjauhi kelompok aneh itu. Meski tidak tertulis larangan berdekatan dengan mereka nyatanya semua remaja kota memang menghindarinya.
Dan taulah Melanie bahwa larangan itu memang benar adanya. Peristiwa tadi cukup menjelaskan jika kumpulan aneh itu memang punya jiwa jahat. Bentakan disertai geraman yang keras tadi buktinya, belum lagi ucapan mereka yang mengejek sama sekali tak bersahabat.
Keduanya memutuskan untuk pulang dan sepakat tidak memberitahu orang tua mereka tentang pertemuannya dengan kelompok aneh itu. Sudah cukup mereka berdua yang syok, jangan ada lagi syok yang lain.
Setelah menyelesaikan sarapan bersama, semua kembali kepada rutinitas harian masing-masing.
Jesi bergegas ke ladang karena harus membersihkan daun sisa panen kemarin. Melanie, dia pergi ke sekolah menaiki sepeda gunung bersama Lily dan satu teman laki-laki tetangga yang rumahnya berjarak 20 meter.
Sementara Wendi, dia mengikuti George pergi ke kota menggendarai mobil. Sesuai yang direncakan, Wendi pergi ke kota guna mendaftarkan diri disatu-satunya kampus yang ada di kota ini.
Kehidupan kota agak sedikit bergairah dibanding tempat tinggalnya. Banyak orang yang lalu lalang, kendaraan yang melintas juga aktivitas lain yang jauh dari kata hening.
Wendi berpikir, kenapa orang tuanya tidak memilih rumah di tengah kota saja? Bukannya di pinggiran kota macam itu.
Meski tergolong kota kecil namun kota Wolfdolf rupanya sangat padat. Struktur bangunan yang relatif kecil menjadi ciri khas tersendiri dari Wolfdolf. Banyak turis asing berdatangan karena keunikan itu serta keindahan alamnya juga tentunya.
George yang memegang kemudi sengaja mengajak putrinya berkeliling sebentar, mengenalkan seluk-beluk kota sebelum nantinya diijinkan pergi sendiri tanpa diantar kelak bagitu sudah aktif masuk kuliah.
"Itu adalah gedung perpustakaan, di sana terdapat ribuan koleksi buku pendidikan yang pasti akan kau butuhkan saat kuliah nanti," ujar George semangat.
Sementara Wendi memandang tanpa minat dari dalam kaca mobil kearah bangunan model Victoria yang bercat krem itu. Banyak orang di gedung itu, yang dia tau kalau mereka adalah pelajar dari suatu sekolah.
"Disebelahnya ada gedung galeri. Di sana tersimpan banyak berbagai jenis karya seni yang berasal dari seniman lokal. Jika ada waktu kau wajib menggunjunginya," kata George lagi bak pemandu wisata.
Sekali lagi Wendi memandang tanpa minat. Cair mukanya pias, karena terus kepikiran keributan singkat pagi tadi. Para remaja aneh itu, wajah dingin tak bersahabat lelaki itu, juga sorot mata setajam mata pisau yang berkobar dalam benaknya, menguar mempengarui sistem indranya.
Perutnya terus melilit jika teringat semua hal tentang lelaki itu. Tanda bahaya seolah berdengung di otaknya, hingga menimbulkan kecemasan yang hakiki. Dalam keadaan apapun Wendi bersumpah tidak ingin bertemu dengan lelaki itu ataupun anteknya.
"Nah di sana adalah cafetaria yang menyajikan hidangan alam, makanan di cafe itu semua diambil dari bahan yang ada di hutan, sungai, bukit atau tebing. Meski rasanya aneh tapi tak pernah sepi penggunjung. Kalau kau penasaran kau bisa mengajak Melanie atau temanmu ke sana." George terus berceloteh berharap putrinya bangga dan senang akan pilihan kepindahannya.
Wendi menyipit janggal dengan cafetaria yang bangunannya menggusung tema rumah Hippi itu. Juga penggunjung yang datang semua berpakaian sedikit kuno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Werewolf Jatuh Cinta
WerewolfBerkisah tentang gadis bernama Wendi yang tidak sengaja menjadi buruan manusia serigala semua jenis yang begitu menginginkan darah serta dagingnya untuk dikonsumsi. Kelompok manusia serigala itu percaya jika berhasil memakan Wendi maka kekuatannya a...