merindu

23 2 3
                                    

"apa yang dilakukan pak Marb di sini? Dan kenapa dia membuat semua ini?"

Wendi yang berada di kamar mandi bersama mom, tidak bisa memungkiri bahwa kehadiran Marb sangat menganggu.

Ya meski tak sepenuhnya menampakkan diri, mantan kekasihnya itu pasti berada di sini.

"Apa yang kau bicarakan? Pak Marb sudah membantu kita. Dia mendapat firasat akan bahaya pada dirimu."

Mom mematikan kran, lalu menyuruh sang anak melepas handuk.

Bahaya?

Wendi bergidik. Sebab apa yang dirasakan Marb sejalan dengan kejadian tadi. Andai saja pemuda serigala itu tidak menolong, pasti Wendi sudah tiada ada lagi di dunia ini.

"Apa katanya?"

"Jiwamu terancam."

Debar jantung Wendi semakin terpacu. Lagi-lagi memang benar.

Perlahan dia masuk untuk berendam di bathtub yang telah diberi ramuan oleh Marb.

Merasakan sensasi dingin, perih serta hangat yang menenangkan kulit serta memperlancar aliran darahnya.

Wendi memejamkan mata berusaha lebih teliti lagi menelaah peristiwa itu.

Manusia serigala?

Mustahil rasanya, tapi mereka memang ada. Dalam jumlah besar dan hendak membunuhnya.

Mati ditangan makhluk menyeramkan seperti mereka sungguh mengenaskan. Alasan apa yang mendasari mereka memburu manusia?

Dan sialnya Wendi lah manusia malang tersebut. Rasanya benar kata Marb, bahwa jiwanya terancam, dia dalam bahaya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Kurangi aktifitas dan jangan bepergian sendiri."

Mom menggosok tangan Wendi menggunakan daun Glim.

"Tapi aku masih harus kuliah."

"Dad bersedia mengantar."

Baiklah, itu merupakan solusi tepat. Tapi bagaimana dengan Zeck. Baru sebentar saja Wendi sudah merindukan manusia berwujud hewan itu.

Meski masuk golongan seperti manusia serigala yang menyerangnya. Tapi Zeck lain dari mereka. Zeck baik, tidak menyakiti walau sempat membuatnya takut.

Dalam hati, Wendi begitu yakin akan kebaikan Zeck padanya adalah murni dari lubuk hati. Bukan mengelabui.

"Semoga saja," desis Wendi.

"Siapa yang kau maksud?" Sang mama menoleh.

"Apa itu Nick?" Lanjutnya.

Nick? Pemuda itu pelan-pelan mulai memudar dari kepala Wendi. Tergantikan Zeck yang lebih istimewa.

"Apa dia ikut kemari?"

"Iya, tapi pak Marb menyuruh pulang lebih awal."

"Kenapa?"

"Mana Mom tau."

"Mungkin memang sebaiknya begitu."

Jesi selesai menggosok tubuh anaknya. Lalu membilas dengan rendaman bawang putih.

"Kalian tadi pergi kemana? Begitu pak Marb memberitahu mom langsung panik juga Dad mu."

"Nomor kalian tidak ada yang bisa dihubungi. Mobil juga kalian bawa."

Jelas tersirat kekesalan di wajah Jesi ketika ingat kedatangan Marb yang tak pernah di sangka.

"Kami pergi ke club' mom."

Ketika Werewolf Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang