Keesokan harinya surat kabar setempat beramai-ramai menuliskan artikel tentang sikon alam yang baru pertama kali menguncang bumi Fog's Valley semalam. Di sana tertera bahwa akan ada hal buruk lain yang menimpah wilayah mereka kedepannya. Dan benar saja selang beberapa jam seorang warga menemukan jasad seorang pria muda yang terikat di batang pohon.
Media kembali heboh karena ini merupakan pembunuhan kedua dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Mereka beranggapan wilayah mereka sudah tak seaman dahulu. Pembunuh telah berkeliaran bebas diantara mereka. Maka dari itu pihak kepolisian setempat mengelar operasi besar-besaran terhadap warga pendatang yang baru menetap tiga bulan belakangan.
Dan itu sungguh berpengaruh terhadap Greg. Bagaimana tidak pagi-pagi buta dia sudah di bangunkan oleh beberapa anggota polisi guna ditanyai beberapa pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Seperti alasan kenapa dirinya sampai berada di kota ini atau dari mana dia mendengar prihal tentang kota ini?
Greg yang masih ngantuk hanya menjawab sekenanya. Sebenarnya dia tidak tahu menahu mengenai kota ini, namun karena Wendilah hatinya bergerak datang kesini.
"Kau mengenal anak muda yang meninggal semalam?" selidik polisi bertubuh tambun.
Greg menoleh serius, kedua alisnya merespon dengan guratan kaget. Ada yang mati?
"Saya baru dua hari ini pak sampai di kota ini jadi, saya belum banyak bertemu orang." Greg menjelaskan.
Itulah kenyataannya, di sini dia tidak mengenal siapapun kecuali keluarga Wendi, yang sekitar jam 9 pagi akan ditemuinya.
Seorang polisi mengeluarkan selembar kartu nama yang sudah terbungkus plastik.
"Apa namamu Greg Bastian Klohe?" tanya polisi itu menenteng plastik barang bukti.
Mulut Greg terbuka lebar sejajar dengan bola matanya. Jantungnya seakan melompat keluar melihat kartu namanya di sana.
"B-bagaimana b-bisa?" wajah Greg langsung pucat pasi.
Itu adalah kartu namanya, yang saat pertama kali menginjak kaki di kota Wolfdolf dia berikan kepada seseorang yang menolongnya. Seorang pria muda seumuran yang membantunya menunjukkan arah jalan serta dadakan menjadi seorang guide untuknya. Tidak bisa dipercaya jika pria itu telah tiada.
"Kami menemukannya didalam dompet korban. Ada baiknya anda memberi penjelasan di kantor polisi." salah seorang polisi menjelaskan.
Greg masih belum mempercayai kematian pemuda kemarin siang yang membantunya. Mendadak dan terkesan menyudutkannya lantaran kartu namanya berada di dompet korban. Sekedar kebetulan atau sudah di rencanakan? Ah, padahal niatnya datang ke kota ini ingin bertemu Wendi. Kenapa malah berurusan dengan polisi? Mana bersangkutan dalam kasus pembunuhan lagi. Mau menggelak, ada barang bukti. Tidak menggelak dikira ikut dalam pembunuhan semalam. Sudahlah, lebih baik ikut ke kantor polisi dan mengatakan yang sebenarnya kepada mereka.
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Beberapa orang menghadiri pemakaman korban pembunuhan semalam dengan tenang. Meski tak ada yang menanggis tapi raut mereka jelas menunjukkan rasa kesedihan mendalam. Beberapa polisi yang ikut menghadiri tampak menenangkan anggota keluarga dan berjanji akan segera menangkap pelaku.
"Serahkan semua pada kami tuan. Anak buah kami telah bergerak cepat mencari tersangka. Sungguh disayangkan. Padahal sebelumnya kota ini sangat tenang." seorang inspektur polisi bernama Eros berdalih diantara keluarga yang ditinggalkan.
Sulian, Ayah dari korban bersangkutan terdiam, pandangannya menerawang kedepan. Pikirannya kacau sekacau masa depannya kelak. Anak jantan satu-satunya harus mati secara menggenaskan. Dibunuh oleh gerombolan kelompok misterius yang menyelundup masuk ke kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Werewolf Jatuh Cinta
WerewolfBerkisah tentang gadis bernama Wendi yang tidak sengaja menjadi buruan manusia serigala semua jenis yang begitu menginginkan darah serta dagingnya untuk dikonsumsi. Kelompok manusia serigala itu percaya jika berhasil memakan Wendi maka kekuatannya a...