berkorban

4 0 0
                                    

Posisi Luca saat ini sangat berat. Dua hal yang sangat dihormatinya bagai dua mata pisau yang siap menikam. Pilihannya terlampau sulit, membuat ia mau tak mau mengorbankan salah satunya.

Setelah berbincangan singkat dengan Apache tadi. Ia segera bergerak cepat mencari keberadaan Wendi.

Dengan langkah menahan sakit, Luca menyusuri jalan menuju pemukiman bukit kabut. Tujuannya adalah rumah Wendi.

Setelah beberapa lama jalan. Luca akhirnya melihat bayangan rumah Wendi di depan sana. Ia mempercepat langkah. Namun,,,,...

"Wah, coba lihat siapa yang datang."

Suara pria menghentikan langkahnya.

Luca menoleh pada pemilik suara. Dari balik semak liar yang tumbuh di permukaan hutan muncul beberapa klan Alaska.

Mereka beranggotakan lengkap.

"Ah, aku ingat. Kau adalah klan Apache kan?" Salah seorang dari mereka menebak.

"Apache mengirim mu seorang diri. Apakah memang di sengaja?"

Untuk saat ini Luca tidak ingin berdebat. Luka yang belum sembuh tak memungkinkan dia bertarung melawan mereka.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Luca bertanya.

Meski sudah tau jawabannya. Ia berusaha mengulur waktu.

"Kau sendiri. Apa yang kau lakukan di sini?" Flushi menekan setiap kata.

"Aku.. aku rasa sama seperti kalian. Ingin menangkap darah murni." Luca memancing.

Raungan marah dari klan Alaska membahana sekitar hutan.

"Ingin mendapatkan darah murni. Lawan kami dulu."

Flushi menantang.

Mungkin ini sudah takdir Luca, juga rencana Apache untuknya. Tak disangka usaha untuk mendapatkan Wendi harus mengorbankan nyawanya.

Ia hanya seorang diri, kemungkinan menang jauh lebih rendah.

Karena tidak ingin ada manusia yang melihat. Mereka pun masuk hutan untuk bertarung. Selang beberapa saat setelah mereka semua masuk.

Terdengar suara ribut dari pertarungan itu. Raung kesakitan, bunyi benda patah serta sesuatu yang besar jatuh ke tanah mendominasi keadaan saat ini.

Dalam pertarungan hidup serta mati Luca. Pemuda itu berharap Wendi nya harus bisa secepatnya pergi meninggalkan wilayah ini.

Ini adalah harapan terakhir Luca sebelum mata tertutup selamanya.

*******

Saat ini semua klan lama maupun yang baru datang. Harus bersikap waspada. Hutan tak lagi seperti dulu yang hanya jadi tempat persembunyian.

Semakin berita tentang keberadaan manusia murni tersebar. Hutan beralih fungsi jadi arena pertarungan sengit antar klan.

Setelah berhasil membunuh anggota klan Apache. Klan Alaska mulai menyebar ke pelosok hutan mencari klan lain yang tinggal didalamnya.

Ritual magjub yang semakin dekat membuat mereka jadi ambisius mendapatkan si darah murni. Untuk melancarkan ritual itu, mereka harus membunuh lawan yang menghadang.

Luas hutan hitam yang Beratus-ratus hektar tak menyurutkan semangat Klan Ural dalam mencari keberadaan Zeck. Amoura yang marah besar mengerahkan anggota dalam pencarian ini. Ia ingin sekali menghajar pimpinan muda itu karena telah membuat kesalahan fatal.

Terhitung sudah banyak bentuk pemberontakan yang Zeck lakukan padanya. Ini saat yang tepat menghukum pejantan itu agar kembali ke jalan yang telah ia tentukan dan tak lagi membelot.

Namun, sampai hari ini tidak seekor pun dari klannya memberi informasi tentang keberadaan Zeck padanya. Itu membuat Amoura gusar.

Dia tidak sabar bertemu pejantan itu, terlebih prihal kekasih manusianya yang ternyata adalah pemilik darah murni. Bukankah ini sebuah jackpot untuk klannya? Yang tidak boleh ditunda lagi, mengingat semakin banyaknya monster lain berdatangan.

"Bawa dia hidup-hidup!" Perintah Amoura melalui sugesti.

Siapa pun klan Ural yang membuka mata batinnya pasti dengar perintah itu, kecuali Zeck yang menutup rapat mata batin guna memutus kontak dari kawanan.

Saat ini, Zeck ingin sendiri. Perbuatannya semalam sudah pasti membuat anggota klan marah besar, terutama Amoura. Pimpinan klan itu pasti ingin sekali menghajarnya. Mengingat sikapnya yang selama ini selalu mengabaikan perintah maupun keinginan sang ketua.

Atmosfer bahaya kian mendominasi, pertumpahan darah dari peperangan tak lama lagi terjadi. Terlebih ketika keberadaan si darah murni terendus banyak klan serta monster lain, maka yang terjadi adalah keberadaan Wendi tak lagi aman.

Gadis itu bagaimana kabarnya? Setelah mengantar pulang malam itu, Zeck langsung menuju kemari. Dia melakukan itu bukan karena dia pengecut, melainkan butuh suasana tenang untuk menyusun langkah selanjutnya.

Zeck memang harus teliti dalam langkahnya kali ini. Karena akan banyak yang mengincarnya. Baik dari klannya sendiri maupun klan lain terutama klan dari dua anggota yang dibunuh semalam.

Banyak yang harus dipersiapkan Zeck, sebab melawan monster-monster itu butuh mental serta fisik yang kuat. Oleh karenanya dia datang kemari, banyak yang tidak diketahui klan lain bahwa batu yang semalam didudukinya dan Wendi, punya energi lain untuk tubuhnya.

Itulah mengapa Zeck menjadikan tempat ini sebagai favoritnya. Energi dari batu itu membuatnya jadi kuat dan tak terkalahkan dan sangat dibutuhkan dalam situasi saat ini.

Yang dilakukan Zeck hanya duduk di atas batu, menyerap energinya sambil mendengar gemericik air terjun jatuh ke bawah.

Sementara Zeck bersemedi mengumpulkan semua kekuatan demi melindungi Wendi.

Dibelakang rumah Marb, tepatnya di bangku panjang polosan yang biasanya dibuat untuk menjemur tumbuhan obat. Nick duduk termenung.

Kisah cintanya sudah berakhir untuk selamanya. Tidak ada harapan maupun kesempatan. Sangat disayangkan, sebab dia masih menyimpan rasa pada gadis itu.

Mengulik obrolan kakeknya bersama Wendi tadi, sungguh melukai hatinya. Bagaimana tidak, sang kakek malah memberi lampu hijau bagi monster itu untuk lebih dekat lagi dengan Wendi, sementara dirinya hanya jadi penonton. Bukankah itu tidak adil.

Namun, sekecewa apa dia pada Marb, Nick tidak bisa berbuat banyak. Pemuda itu tidak punya keberanian menentang orang yang paling berjasa dalam hidupnya.

Jiwa murni yang dimiliki hingga membuatnya tak bisa bersatu dengan Wendi adalah poin utama kandasnya hubungan itu. Berpikir lebih jauh mengenai jiwa murni yang dimilikinya, sebenarnya apa yang membuat pemuda itu memilikinya?

Nick berpikir keras mencari jawaban dari rasa penasaran ini, terlebih Marb hampir tidak pernah bercerita akan kedua orang tuanya. Dari hal itu timbul rasa keinginan untuk cari tau identitasnya sendiri, Kedua orangtuanya dan jiwa murninya. Ia ingin tau semuanya.

****
Matahari mulai condong kearah barat ketika Wendi meninggalkan kediaman Marb. Sinar yang mulai jingga itu menyisakan bayangan bukit serta hamparan pohon di sisi  jalan.

Gadis itu berjalan ngontai sambil kembali mengingat percakapan bersama pria tua itu. Meski kini telah mendapat jawaban apa yang dulu jadi pertanyaannya mengenai banyak hal. Wendi tetap merasa tidak tenang.

Pasalnya kontak batin yang lakukan Marb untuk cari tau keberadaan Zeck tidak berhasil. Jantan itu menutup komunikasi dalam bentuk apapun. Kekhawatiran pada Zeck kian bertambah meski tau bahwa dirinya juga dalam keadaan yang tak aman.

Wendi mengesampingkan keselamatannya sendiri demi ingin tau keberadaan Zeck. Andai dia punya kelebihan seperti pak Marb, mungkin hatinya tak secemas saat ini.

Matanya yang bening terus mengawasi hutan di sampingnya. Berharap Zeck datang dari celah-celah pohon. Namun, sayang apa yang diharapkan tak pernah terjadi. Sebaliknya Wendi dikejutkan oleh suara orang yang sangat familiar ditelinga.

"Wendi? Kebetulan sekali."

Greg bersama seorang gadis berdiri tak jauh dari tempat Wendi. Sebuah qwerty pergi menjauh dibelakang mereka.

Ketika Werewolf Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang