Nick membuka lebar pintu kayu rumahnya dan mendapati Marb sedang duduk meditasi di ruang keluarga.
Nafas yang terengah-engah tak menghalangi Nick untuk tetap masuk ke dalam, menghampiri kakeknya yang tengah menenangkan pikiran serta keseimbangan jiwa.
Jauh sebelum cucunya itu menerobos masuk. Marb telah tau apa yang sebenarnya terjadi pada Nick dan Wendi. Meditasi lima hari lima malam yang dilakukannya membuahkan hasil. Sekarang tinggal melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pengorbanan serta jerih payah Marb setelah kegagalan kemarin mulai mempengarui alam bawah sadar Nick. Keberhasilan mengembalikan pola pikir serta akibat nyata dari hubungan yang semestinya tak terjadi telah membuka lebar mata Nick kali ini.
"Kalau kau ingin tau kenapa beberapa bulan yang lalu, ketika kalian bersentuhan tak terjadi apa-apa. Itu karena kekuatan cinta Wendi belum sebesar beberapa hari ini," jelas Marb tanpa membuka kedua mata.
Nick menghentikan langkah. Dia bergeming meresapi ucapan Kakeknya barusan.
Jadi semua kekacauan alam setiap mereka bersentuhan imbas dari cinta Wendi yang besar kepadanya.
Wendi mencintainya, sangat mencintainya. Tapi, kini setelah tau kenyataan bahwa cinta mereka membahayakan orang lain. Apa yang akan terjadi?
Nick berteriak kencang, meluapkan kekesalan atas nasib dirinya.
Dia sangat mencintai Wendi. Ingin sekali menikahinya. Akan tetapi takdir sama sekali tak berpihak padanya.
Cinta Wendi yang besar merupakan pukulan berat. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apa dia harus bahagia atau tersiksa?
Nick membanting tubuhnya pada sebuah kursi anyam di sekitar ruangan. Mengacak rambut frustasi memikirkan permasalahannya yang rumit.
"Jauhi dia Nick." Marb mengingatkan.
Tidak bisa. Nick tidak bisa jauh dari Wendi. Hidupnya sudah terobsesi dengan gadis itu.
"Jika kau masih tetap tak menghiraukan ucapanku. Kau akan menyesal Nick. Hubungan kalian terlarang. Jiwa suci tidak dapat bersatu dengan darah murni." suara Marb terdengar ditekan. Wajahnya menegang.
Nick mendongak menatap binggung Kakeknya atas ucapannya tadi.
Jiwa suci? Darah murni? Apa itu? Bukannya dulu Marb bilang ketidak cocokan dirinya dan Wendi karena aura yang terlalu kuat?
"Aura kalian memang sangat kuat, dan itu tidak baik. Tapi masalah sebenarnya yang baru sampai padaku akhir-akhir ini adalah jiwamu yang terlalu suci, serta entah dari mana asalnya Wendi memiliki darah murni." kening Marb berkerut menahan bayangan masa depan yang datang memberondong otaknya.
Tak masuk akal. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Padahal Nick tak pernah merasakan apa-apa. Bagian jiwa sucinya itu dimana?
"Dari kecil sampai dewasa, pernahkah kau mempunyai perasaan buruk pada seseorang? Misal benci, iri, dengki dan sombong?"
Mulut Nick tertutup rapat. Mengingat-ingat perkataan Kakeknya itu. Ah, dia tipe orang yang tidak suka membuat masalah, kenapa harus mempunyai semua perasaan itu.
"lalu sejak kecil hingga saat ini, apa kau pernah jatuh cinta, menyentuh wanita atau memikirkannya?"
Sebelah alis Nick terangkat. Kembali mengorek perjalanan rasa paling sensitif miliknya. Benar saja, dari kecil dia tak tertarik sama sekali dengan yang namanya perempuan. Hidupnya hanya diabdikan untuk membantu Kakek Marb meracik serta merawat tanaman.
Tidak ada perempuan yang mampu menarik hatinya kecuali saat pertama kali berjumpa dengan Wendi pada sore indah berbulan-bulan yang lalu. Dan sejak itu pula dia nekad masuk kamar Wendi dan tidur di ranjangnya walau hanya sebentar. Dan sejak itu pula dirinya juga rela berdiri mematung di luar jendela kamar Wendi demi melihat gadis yang membuat hatinya selalu bergetar itu tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Werewolf Jatuh Cinta
LobisomemBerkisah tentang gadis bernama Wendi yang tidak sengaja menjadi buruan manusia serigala semua jenis yang begitu menginginkan darah serta dagingnya untuk dikonsumsi. Kelompok manusia serigala itu percaya jika berhasil memakan Wendi maka kekuatannya a...