ritual

3 0 1
                                    

Wendi baru tersadar setelah beberapa detik merenungi kejadian barusan, sama sekali tak terpikirkan bahwa ia bisa membuat kekuatan sebesar itu. Akhirnya Iapun ingat pada jasad Greg yang masih tergeletak di jalan. Ia harus segera ke sana guna merawat jasad temannya itu.

Gadis itu berlari secepat mungkin untuk segera sampai ke jalan raya. Sayangnya saat Wendi tiba, jalanan tampak sepi dan kosong.

Jasad Greg yang tadi tergeletak di atas aspal menghilang. Tak berbekas bahkan tidak ada tanda-tanda jika pihak kepolisian yang menanganinya. Jalanan itu senyap seolah tak terjadi tragedi apapun.

Wendi mencari kesana kemari dan hasilnya nihil.

"Wen, kau sedang apa?"

Suara George mengagetkan Wendi.

"Dad, apa tidak melihat...."

Kebingungan membuat Wendi hampir lupa jika apa yang tadi terjadi tidak boleh orang lain tau. Dia harus menjaga rahasia kematian Greg. Menunggu waktu yang tepat barulah gadis itu memberitahu pihak berwajib serta keluarganya.

"Tidak melihat apa, Wen?" Selidik George yang curiga akan tingkah putri sulungnya yang semakin aneh. Khususnya semenjak kejadian mabuk di club kemarin malam.

Sebagai tindakan tegasnya kala itu George mengusir Greg dari rumah karena telah bertindak kelewat batas. Namun, akibat dari perbuatannya tersebut malah mematik perdebatan pada anaknya.

Wendi seakan tidak terima atas apa yang telah dilakukan George, padahal itu demi keamanan dan keselamatannya. Bahkan hingga detik ini orang tua itu masih melihat tanda-tanda binggung pada diri sang putri pasca Greg pergi.

"Jangan bilang, kau diam-diam menemui pemuda berengsek itu."

George tak bisa lagi menahan emosinya. Ia pun meluapkannya segera.

"Sudah Dad bilang, kau jangan pernah bertemu dia, dan jangan pernah keluar dari rumah."

Dad begitu penurut, dia percaya sepenuhnya pada si tua Marb. Bahkan rela jadi diktator demi omongan dari mulut tetua adat itu.

Apa yang Dad lakukan memang patut diapresiasi, karena itu adalah wujud kasih sayangnya pada keluarga. Dad menjalankan peran orang tua dengan baik. Namun, Dad tidak tau jika lingkungan tempat tinggal di sini telah berubah jadi arena perburuan. tujuannya hanya satu yaitu Wendi.

Makhluk-makhluk itu tak lagi sungkan membunuh manusia di tempat umum. Takutnya jika Wendi terus berada di rumah, keluarganya akan mengalami hal yang sama seperti Greg. Wendi tidak ingin itu terjadi. Cukup dirinya saja yang bertarung dengan mereka, tentunya bukan di depan keluarga sendiri.

"Dad, aku sudah besar. Aku bisa jaga diri sendiri," sahut Wendi tenang.

"Tidak, Wen. Biarkan ayah dan pak Marb yang menjagamu."

"Dad tidak akan mengerti apa yang telah terjadi di tempat tinggal kita."

"Dad mengerti, Wen. Karena mengerti apa yang akhir-akhir ini melanda kota kita. Makanya Dad melarang mu keluar rumah tanpa izin."

Percuma saja berseteru, membuang tenaga. Tapi, Wendi begitu ingin tau apa yang terjadi dengan jasad Greg. Kemana? Dan siapa yang membawanya?

Membantah perkataan Dad nya bukannya membaik malah makin buruk. Wendi harus mengalah kali ini, jika ada kesempatan dia tidak akan melewatkannya.

"Aku rindu Dad yang dulu, tidak mengatur dan selalu memberi kebebasan pada anaknya," celetuk Wendi disengaja.

Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dia bergegas ke rumah di seberang jalan sana. Istirahat sebentar tidak terlalu buruk seraya mencerna semua kejadian hari ini.

Ketika Werewolf Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang