Hampir sepanjang malam itu. Wendi tidak bisa tidur nyenyak. Bukan karena rumah barunya, melainkan suara-suara berisik yang berasal dari alam liar sana. Sebenarnya Wendi tersiksa akan hal itu, namun mau bagaimana lagi ini sudah menjadi rumah permanennya, mau tidak mau dia harus beradaptasi dengan lingkungan baru orang tuanya.
Baru sekitar pukul 4 pagi Wendi bisa tidur pulas. Dia kelelahan sendiri hingga tak menyadari jika ia telah tidur.
Dan ketika mentari pagi menyiratkan sinarnya di ufuk timur. Geliat kehidupan dimulai. Seperti hari-hari biasanya George membersihkan kandang ternak dari sisa kotoran yang keluar semalam. Memberi minum serta makan setelah keadaan kandang sudah bersih. Kemudian Jesi membuat sarapan di dapur menggunakan bahan dari perkebunan, lalu biasanya setelah selesai memasak Jesi akan pergi ke ladang untuk memanen kol. Yang memang sudah waktunya panen. Sedang Melanie, disaat pagi begini dia selalu pergi joging bersama anak tetangga yang sepantaran.
Matahari sudah setinggi atas kepala barulah Wendi terbangun. Kalau tidak mendengar cuitan burung nuri yang berkicau tepat di ranting pohon depan jendelanya, mungkin dia masih terlelap. Udara yang segar serta kesenyapan lingkungan membuatnya malas memulai aktivitas pertama di lingkungan barunya. lagi pula dia juga tidak tau harus melakukan apa hari ini?
Di bawah lingkupan selimut dia bergelung memeluk guling, dengan mata yang sesekali mengerjap memandang keluar jendela. Matahari sudah meninggi tandanya hari sudah siang. Penghuni rumah juga sepi pasti mereka semua telah melakukan semua rutinitas harian. Tinggal dia seorang di rumah. Keadaan rumah yang sepi mengantarkan kenangan masa kecil datang kembali.
Tiba-tiba Wendi merindukan Greg. Andai saja dia di rumah lamanya, pasti saat ini dia sudah berbincang banyak hal dengan Greg sambil minum teh di cafe atau tempat berkumpulnya anak muda. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku. Dia telah pindah dan tak akan kembali bertemu dengan Greg.
Wendi tak ingin berlarut dalam kesedihan. Dia harus mencari sesuatu yang bisa mengalihkan bayangan masa kecilnya. Ya, dia harus melakukan rutinitas baru serta menjumpai orang-orang baru juga.
"Hai kau sudah bangun?" Jesi terkejut saat melihat Wendi berjalan kearah dapur lalu duduk disalah satu kursinya.
"Ya Mom, malam pertama tidur rasanya sangat aneh," kata Wendi malas, tampilannya kini begitu berantakan khas bangun tidur.
Jesi tersenyum singkat, menyadari anak pertamanya yang selalu tidur bersama banyak teman saat di asrama dulu. Tentu setelah belasan tahun kemudian akan merasa janggal karena harus tidur sendiri di lingkungan baru pula.
"Malam pertama memang seperti itu sayang, nanti juga terbiasa, kau mau sarapan? Ibu membuat sanwich sayur serta salad?" Jesi mencuci tangan di westafel.
Wendi menggangguk pelan. Sarapan pagi yang biasanya dilakukan bersama teman-teman di asrama kini pun hanya dilakukan sendiri. Meski tak biasa Wendi harus bisa melakukannya, karena dia sadar bahwa hal ini akan terjadi pada dirinya, dia sudah besar tentu harus bisa mandiri tanpa teman-teman asramanya.
Teringat asrama teringat pula dia kepada lima sahabatnya Becka, Karmen, Dori, Julie serta Mery. Baru sehari berpisah rasanya bagai bertahun-tahun lamanya. Dia rindu semua kegilaan yang sering mereka berenam lakukan.
"Wen, kau tidak apa-apa?" Jesi meletakkan sanwich serta salad yang tadi dia buat di atas meja.
Wendi terperanjat kaget, lamunannya buyar. Ya, dia telah kembali ke masyarakat tak seharusnya dia memikirkan masa lalunya.
"Mom, apa yang harus aku lakukan disini? Aku tidak kenal semua orang," keluh Wendi lalu memakan sanwichnya.
Jesi duduk di kursi samping Wendi. Pakaian yang penuh tanah menjelaskan apa yang dikerjakannya di ladang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Werewolf Jatuh Cinta
WerewolfBerkisah tentang gadis bernama Wendi yang tidak sengaja menjadi buruan manusia serigala semua jenis yang begitu menginginkan darah serta dagingnya untuk dikonsumsi. Kelompok manusia serigala itu percaya jika berhasil memakan Wendi maka kekuatannya a...