insiden

64 9 0
                                    

Greg melepas napas lega begitu berjalan keluar dari gedung polisi. Sinar matahari siang yang hangat sedikit membangkitkan gairah yang sempat turun pagi ini. Introgasi barusan sungguh menyita banyak waktu. Mengharuskan dia menunda menemui Wendi di rumahnya.

Tapi syukurlah keterangannya tadi diterima dengan baik oleh pihak kepolisian, sehingga dia tak perlu repot-repot menjelaskan lebih jelas dan detail akan kartu namanya yang kebetulan ada di dompet korban.

Ah. Gara-gara kejadian tak terduga itu. Greg sampai lupa bahwa dirinya belum membersihkan diri. Mana hari sudah siang. Dia takut kembali gagal menemui Wendi seperti kemarin, padahal ijin tinggal di Wolfdolf hanya empat hari.

Greg menghentikan Qwert yang kebetulan melintas di depan gedung polisi. Ia naik dan duduk di salah satu bangku bersebelahan dengan seorang gadis bermata zamrud.

=========*===========

Nelly menarik kursi di depan Wendi dan langsung memberondong dengan berbagai pertanyaan.

"Kenapa kau jarang mengangkat telponku? Semalam aku menelponmu dan tidak ada yang menjawab. Kau kemana saja? Apa kau bersama Nick lagi?"

Wendi yang menenggelamkan wajah diantara lengan hanya mendongak malas menatap temannya itu. Semalam sepulang dari pasar malam. dia memang mengurung diri di kamar. Merebahkan tubuh sambil tersenyum geli membayangkan ciumannya bersama Nick. Jadi, dia tidak tau kalau Nelly menelpon. Tapi kan ada Mom, Dad serta Melanie. Kenapa mereka tidak mengatakan apa-apa tadi pagi?

"Aku memang bersama Nick semalam,  dan keluargaku mungkin sedang tidak di rumah." Wendi menjawab pertanyaannya sendiri.

Mendengar nama Nick disebut. Hati Wendi kembali kecewa. Kecewa karena sikap Nick yang berubah dratis. Apalah guna pernyataan cinta semalam? Ciuman itu? Segala perhatian itu? Jika akhirnya setelah hati sudah sepenuhnya diserahkan malah dicampakkan seperti ini.

Selama tiga bulan lebih perhatian yang setiap hari dicurahkan, hingga hatinya mengabaikan Greg, yang kemungkinan besar sudah berada di kota ini, rupanya hanya sebuah permainan. Sudahlah, setidaknya dia tahu kalau pria memang seperti itu. Membuang sesuatu setelah mendapat apa yang diinginkan.

"Kau bersama Nick? Kalian pacaran?" Nelly penasaran.

Meski telah memiliki pacar. Pesona Nick tidak bisa ditolak juga. Berbulan-bulan selalu terlihat bersama Wendi kemanapun berada, tentu membuat penasaran. Apakah hanya sekedar teman atau lebih dari itu?

Wendi juga tidak mengerti apa sebenarnya hubungannya bersama Nick. Semalam setelah ciuman yang disertai sedikit bencana alam, mereka resmi sebagai pasangan kekasih. Namun kini, apakah status itu masih berlaku? Setelah Nick pergi meninggalkannya sendirian ditengah kekacauan tadi. Padahal sampai detik ini, Wendi masih tidak tahu dimana letak kesalahannya.

"Entahlah, aku tidak mau membahas itu." Wendi kembali membenamkan wajah. Mencari ketenangan batin.

"Kalau menurutku sih, sepertinya Nick menyukaimu," terka Nelly sambil menopang dagu.

Menyukaiku? Tadinya aku pikir juga begitu. Batin Wendi kembali murung.

"Dia sepertinya pemuda baik, aku iri padamu Wen," ujar Nelly terang-terangan.

Kedua alis Wendi beradu mencermati setiap kata yang keluar dari mulut Nelly barusan. Apa maksudnya iri? Jangan katakan kalau Nelly sebenarnya juga menyukai Nick.

Ah, jika itu benar. Wendi tidak akan rela.

Suara Langkah kaki terdengar mendekati meja Wendi, bukan suara langkah kaki seperti kebanyakan teman sekelasnya yang sering berseliweran. Melainkan suara langkah berat dan penuh penekanan.

Ketika Werewolf Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang