•••
Sekarang adalah hari terakhir Sendy berada di Jakarta karena besok ia harus kembali ke Australia.
"Woy, gabut gue... kemana kek gitu" kata Venne memainkan hp nya menuju lantai bawah.
"Samaan, kuy pergi kuy" saran Dion yang sibuk bermain game Mobile Legend kesukaannya.
"Ayo-ayo aja gue mah, tapi lagi mager weh!" teriak Sendy sambil meregangkan tubuhnya di kasur kesayangannya.
"Sama sihh, huweeeee" teriak Venne dari bawah
Saat mereka sedang santai, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu luar rumah Sendy, "Permisi.."
Dengan langkai malas malasan Venne membuka pintu tersebut.
"Siapa si lo? Tiap hari ke sini mulu dah, heran gue" ucap Venne yang membuat Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Gue temennya Sendy, dia ada di dalam?" tanya laki-laki itu to the point.
"Ada, ntar gue panggilin dulu. Btw masuk,"
Venne mempersilahkan laki-laki itu masuk ruang tamu. Venne dengan langkah gontai naik ke lantai atas memanggil Sendy."Sen, ada yang nungguin lo di bawah tuh, biasa cowo yang kemaren. Siapa sih? Yakin cuma temen?" ucap Venne yang membuat Sendy beranjak turun ke ruang tamu.
"Kepo lo kuda Alaska!!" teriak Sendy.
Sendy sampai di ruang tamu melihat Altra. Altra datang lagi, ia memang tak pernah absen dalam seminggu ini untuk menyapa Sendy lewat pikiran atau secara langsung seperti ini.
"Apalagi, Tra. Masih nggak berubah pikiran?" tanya Sendy sambil menempatkan dirinya di sofa.
"Lo yang harus nya gue tanya gitu, lo nggak berubah pikiran?" tanya Altra balik.
"Gue masih takut, Tra. Lo terlalu banyak menuai luka di hati gue." jujur Sendy.
Iya, ia kalah. Sendy masih sayang dengan Altra.
"Sen, semua orang berhak punya kesempatan kedua, kan? Kenapa lo nggak beri itu ke gue?" Altra menatap wajah Sendy dengan banyak tanda tanya.
"Lo nggak inget? Luka yang lo kasih ke gue itu nggak sedikit loh, Tra. Dan lo masih nanya gitu?" Sendy tak habis pikir kenapa ia masih begitu sayang pada laki-laki tak berhati yang ada di depannya ini.
"Gue minta maaf, Sen. Gue bakal berubah." ucap Altra terlihat putus asa.
"Gue telat menyadari perasaan gue ke lo, gue sayang sama lo. Bahkan setelah hari itu hari dimana lo mutusin gue, gue baru sadar kalo gue nggak mau kehilangan lo,"
kata Altra mengatakan yang sejujurnya."Gue terlalu egois memang, tapi sekarang gue buang semua egois itu. Lo tau gue kaya gini gara-gara siapa? Gara-gara lo, Sen!" Altra menutup mukanya dan mengusap nya dengan kasar.
"Sendy, kasih gue kesempatan kedua. Please..." lirih laki-laki memohon.
Sendy masih terdiam, ia luluh akan kata kata Altra. Bermenit-menit tidak ada suara yang mendominasi. Mungkin ini waktunya Altra menyerah.
"Mungkin emang ini balasan yang harus gue terima ya? Sekarang gue tau, rasanya jadi lo dulu. Menyukai orang yang nggak peduli sama diri lo sendiri, berusaha hancurin hati es nya." Altra tersenyum miris.
"Seminggu ini pertanda gue serius sama lo, ternyata masih nggak cukup aja buat lo yakin sama ke seriusan gue ini" sambung Altra.
"Oke gue nyerah buat ngambil hati lo lagi" Altra hendak beranjak pergi.
"Gue pulang dulu ya, Sen. Maaf gue ganggu lo mulu," lalu Altra benar-benar meninggalkan Sendy.
Saat Altra sampai di ambang pintu keluar, Sendy mengeluarkan suara yang membuat Altra terkejut.
"Gue kasih kesempatan kedua buat lo." putus Sendy dengan tatapan kosong.
"Lo serius kan Sen?!" Altra mengembangkan senyumnya.
"Iya," Sendy menatap Altra dengan tatapan Sendu. Bohong jika Sendy tidak ingin menerima Altra lagi, bohong jika Sendy mengatakan bahwa Altra gagal mengambil hatinya lagi, sangat bohong jika Sendy tidak ingin bersama Altra kembali.
"Sen, kali ini gue serius. Gue bukan type orang romantis yang bisa bikin kaum hawa klepek-klepek. Gue hanya cowo dengan minim pengetahuan gimana cara nembak cewe dengan romantis, gue mau bilang tiga kalimat."
ucap Altra serius."Pertama, gue minta maaf atas luka-luka yang gue kasih selama kita pacaran dulu" ujar Altra.
"Gue udah maafin lo, gue nggak pernah dendam sama lo" ucap Sendy yang membuat Altra kembali mengembangkan senyumnya untuk kedua kalinya, ini moment langka yang jarang Sendy lihat.
"Kedua, Would you be my girlfriend for the second time?" Altra jongkok memegang tangan Sendy.
Merona, satu kata untuk pipi Sendy kali ini.
"Maaf, Tra. Gue nggak bisa nerima lo secepat itu."
"Ketiga, gue nggak terima penolakan. Lo punya gue sampe kapanpun" Altra berdiri memeluk Sendy yang masih terpaku. Jantung Altra berdetak tak karuan kali ini, sama halnya dengan Sendy. Kali ini mereka merasakan hal yang sama, jantung yang berdegub kencang saat bersama orang yang ia cintai.
Tanpa mereka sadari ada 2 orang yang sedang menyaksikan drama itu. Siapa lagi kalau bukan Venne dan Dion, sekarang mereka berposisi memeluk satu sama lain.
"Gue pengen gitu, Yon" bisik Venne pada Dion yang masih setia menyaksikan drama itu.
"Gue juga, Ne. Gimana ya? Kita kan nggak punya pacar." ucap Dion lirih.
"Lo mah enak tinggal nembak, lah gue harus nunggu kepastian yang nggak jelas" curhat Venne pelan agar tidak mengganggu dua insan yang sedang ber lovey-dovey.
Tbc
a/n : Gimana gimana? B aja kan... hiya hiya hiyaaaaa... gatau akutu gatauuu..
pokoknya vomment dan see you di next chapt !!XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
All Falls Down [COMPLETED]
Teen FictionKasih tau gue trik gimana caranya biar lo luluh sama gue. Gue udah ngelakuin apa yang gue bisa, tapi semuanya sia-sia. - Sendyna Putri