Delapan

9.9K 666 3
                                    

Setelah memposting perihal lamaran itu, baik Rama maupun Karina kini tidak bisa hidup dengan bebas. Mereka berdua seolah menjadi sasaran dari semua wartawan gosip. Hal itu tentu saja membuat Karina selalu mengeluarkan protesannya kepada Rama. Namun, Rama hanya tertawa ketika mendengarnya. Dan pria itu menyuruh Karina untuk tenang di akhir ucapannya.

Sekarang, Karina seperti menjadi tahanan di dalam kediamannya karena tidak ada tempat yang paling aman selain di sini. Ia bahkan harus mengenakan masker setiap kali keluar ketika sedang melakukan pekerjaannya sebagai model. Seperti sekarang, Karina akan melakukan pemotretan dengan salah satu brand fashion yang sedang naik daun.

"Kenapa sih, Dis ? Gue tahu gue cantik, tapi nggak usah diliatin terus ah." ujar Karina yang kini sudah selesai dirias dan sedang menunggu untuk dipanggil. Gadis, sahabat merangkap manajer Karina sedang menatap wanita itu dengan pandangan menyipit.

"Gue masih curiga pokoknya. Lo tuh baru kenal sama Rama bentar banget, Kar. Masa tahu tahu aja kalian mau nikah." ucap Gadis untuk yang kesekian kalinya setelah mendapatkan kabar mengenai pernikahan sahabatnya. Karina kembali menghela napas dan menggeleng lelah. "Gue kan udah bilang sama lo, kita berdua itu udah kenal lama dari dulu. Sejak sepupu gue ngerebut mantannya Rama."

"Terus, waktu kalian ketemu lagi pas pemotretan, kalian langsung jatuh cinta gitu ? Nggak logis banget." sanggah Gadis lagi, masih kekeuh dengan pendapatnya. Karina lalu meletakkan kedua tangannya pada pundak sahabatnya. "Gue sama Rama sebenernya udah tertarik dari dulu. Cuma, karena waktu itu Rama masih ada pacar, makanya dia nggak ngejar gue. Terus, kemarin waktu ketemu ya udah deh, dia ngejar gue." bohong Karina dengan lancar.

Gadis masih hendak mengucapkan kalimat bantahan, namun salah satu staff pemotretan mengetuk pintu dan memberitahu jika sudah saatnya untuk Karina berpose.

=====

"Kapan lo mau ngasih konfirmasi ke media ?" tanya Evan yang sudah mulai lelah karena banyaknya wartawan yang menghubungi, menanyakan tentang artisnya. Rama yang sedang fokus membaca naskahnya kini mendongak dan menatap sang manajer.

"Perlu banget ya gue kasih konfirmasi ?"

"Ya iyalah, Rama. Kerjaan lo itu sangat berhubungan erat sama awak media. Kecuali lo itu agen rahasia, nggak perlu dah tu lo ngomong-ngomong kalo mau nikah." sahut Evan sewot. Rama yang mendengarnya kini meringis. Ia lalu terdiam sejenak untuk berpikir.

"Nanti gue omongin dulu sama Karina. Nanti kalo udah gue bilang ke lo." ucap Rama yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Evan. Rama kemudian kembali membaca naskah film yang sebentar lagi proses syutingnya akan selesai.

"Ram, lo beneran mau nikah ?" tanya Evan setelah menimbang-nimbang apakah ia akan menyuarakan pertanyaannya barusan atau tidak. Rama lalu kembali mendongak dan tersenyum tenang. "Iya. Udah waktunya gue melepas masa lajang. Lagian, gue bukan artis baru yang perlu menghindari hal seperti ini kan ?"

Helaan napas Evan kemudian terdengar. Pria itu sedang menatap pasrah artisnya.

"Ya udah kalo itu emang keputusan lo. Gue bisa apa kalau udah menyangkut perihal kehidupan pribadi lo. Gue cuma bisa ngedukung dan mendoakan supaya kalian bisa langgeng sampe kakek nenek."

"Amin."

=====

Setelah melakukan pemotretan, Karina singgah sebentar di butiknya yang sebentar lagi sudah akan selesai seutuhnya. Ia langsung memasuki ruangannya dan bibirnya tanpa sadar tertarik ke atas ketika matanya menemukan berbagai desain yang ia buat tertempel di dinding.

Wanita itu merasa rindu dengan ruangannya bekerja. Berbeda dengan di rumahnya, di sini Karina benar-benar lebih merasa jika ia adalah seorang desainer. Banyaknya contoh-contoh kain yang berada di ruangan serta mesin jahit yang berada di pojok ruangan, membuat rasa rindunya semakin meluap.

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang