Lima Belas

9.7K 682 16
                                    

Karina tidak bisa menghindari Rama. Karena mereka berdua sedang berada di tengah-tengah kru film Rama yang sedang berwisata berkeliling Jogja. Jadilah, dia harus berpura-pura akur dengan suaminya.

"Kamu tidak mau membeli sesuatu ?" taya Rama untuk yang kesekian kalinya ketika mereka sedang menelusuri jalanan Malioboro. Karina menggeleng tanpa menoleh dan tetap terdiam seperti yang sudah ia lakukan dari tadi.

Rama menghela napasnya. Ia kemudian menarik tangan Karina. "Kenapa ?" tanya Karina dengan wajah lelah. Rama terdiam namun tangannya bergerak menarik istrinya ke tempat yang agak sepi.

"Sampai kapan kamu mau bersikap seperti ini ?" tanya Rama dengan wajah serius dan mata yang menatap lurus milik Karina. Karina mendesah lalu membuang mukanya ke samping. "Memangnya aku kenapa ? Ada yang salah dengan sikap aku ?"

"Tatap aku, Karina. Kamu harus menatap lawan bicaramu." sahut Rama seraya menyentuh dagu Karina dan mengarahkannya kembali menatapnya.

"Apa aku harus menempatkan kita di antara kru yang lain agar kamu kembali bersikap seperti biasa ? Sikap kamu sangat aneh kalau hanya berdua saja denganku seperti ini." Rama berucap dengan nada yang penuh dengan kefrustasian.

Napas Karina mulai memburu karena rasa kesal yang mulai meluap di dadanya. "Menurut kamu, apa aku bisa bersikap biasa saja dengan kamu setelah kejadian semalam ? Setelah pertengkaran kita, menurut kamu aku bisa menghadapi kamu seperti hari-hari sebelumnya ?"

Senyum miris Karina mulai nampak. Wanita itu lalu menggeleng pelan sambil menatap nanar pria dihadapannya. "Tidak, Ram. Aku tidak bisa. Kejadian semalam, sangat mengingatkanku jika hubungan kita seharusnya seperti ini."

"Apa maksud kamu, Karina ?" tanya Rama yang mulai geram. Pria itu menghapus jarak diantara mereka, membuat ujung kaki keduanya kini menempel.

"Saling menjaga jarak. Agar tidak tercipta perasaan-perasaan yang dilarang dalam pernikahan kita."

=====

Evan memandang curiga sepasang suami istri yang satu mobil dengannya ini. Ada yang aneh, pikir pria itu. Evan yang menduduki kursi penumpang di samping supir, diam-diam mencuri pandang ke arah belakang lewat spion tengah.

Kecurigaannya semakin menguat ketika mendapati Rama dan Karina yang sekarang sama-sama membuang muka ke arah jendela. Sama sekali tidak ada obrolan sedari mereka memasuki mobil.

Evan mengedikkan bahu dan memilih untuk tidak mencari tahu lebih lanjut. Tidak baik mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Mau memberi nasehat juga percuma, Evan belum menikah. Jadi, sepertinya Rama menjadi orang yang lebih berpengalaman di sini.

Sesampainya mereka di destinasi terakhir hari ini, pantai Indrayanti, tiga orang penumpang mobil itu serempak turun. Karina yang pertama kali berjalan menjauhi kendaraan hendak mendekat ke bibir pantai.

"Gara gara Raina ya ?" celutuk Evan yang sudah memposisikan dirinya di samping Rama. Rama menoleh dan kedua alisnya sedikit terangkat karena bingung. "Maksudnya ?"

"Lo sama Karina bertengkar kan ? Gara gara pertanyaan ngawur Raina semalem kan pasti ?"

Rama mendengus lalu kembali menghadapkan kepalanya ke depan. "Sok tahu lo."

"Yee, gue bukan sok tahu. Gue emang tahu."

Helaan napas Rama terdengar. Ia menundukkan kepalanya dan memperhatikan kedua kakinya yang sedang melangkah. "Nikah itu susah ya, Van. Kadang, gue masih nggak ngerti sama sikapnya dia."

Evan tersenyum lalu menepuk pelan pundak Rama. "Makanya, pernikahan itu sebaiknya diperuntukan bagi mereka yang sudah benar-benar siap. Siap terima senang dan enggaknya."

As Right As Rain - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang